Jumat, 17 Juni 2011

Antara Padma dan Tunjung

Tahukah anda apa itu Padma? Bagaimana dengan Tunjung? Kalau ada yang mengatakan mawar adalah ratunya bunga, maka padma disebut sebagai dewinya bunga. Padma lebih dikenal dengan bunga Lotus. Selain padma, dalam bahasa Indonesia ia juga disebut sebagai Seroja. Sedangkan tunjung adalah nama lain dari Teratai.

Lalu apakah anda menganggap kalau lotus dan teratai itu sama? Jawabannya adalah ‘Tidak’. Mereka berbeda. Padma (Nelumbo nucifera), masuk dalam keluarga Nelumbonaceae, sedangkan teratai masuk dalam keluarga Nhympaeaceae.

Secara fisik, keduanya dapat dibedakan sebagai berikut:
• Daun teratai mengambang di permukaan air, sedangkan daun dan bunga lotus menjulur ke atas.
• Bunga teratai memiliki kelopak meruncing jarum dan rimpang bunga yang kecil, sedangkan bunga lotus memiliki kelopak yang besar dan rimpang bunga yang besar.
• Bunga teratai memiliki warna yang beragam, sedangkan bunga lotus hanya memiliki warna bunga putih/kekuningan atau merah muda.

Dari semua bunga, bunga lotus/seroja inilah yang paling saya anggap eksotis, misterius dan… entah kenapa, ‘bertenaga’. Ia terlihat tenang menjulang di atas air membiarkan kelopaknya menggapai angin. Dan dia telah diagungkan ndi banyak budaya.

Bangsa Mesir telah mengenal lotus 2000 tahun S.M. Ia melambangkan Dewa Nefertem yang memberikan kehidupan pada Ra, Dewa Matahari. Menurut kepercayaan, wangi bunga ini merupakan sumber kekuatan Ra.
Dewa Osiris yang terbunuh juga dipercaya lahir kembali melalui bunga lotus. Oleh karena itu, bagi masyarakat Mesir, lotus melambangkan kelahiran. Alhasil, relief lotus selalu setia menjadi penghias peti mumi dan makam-makam kuno di Mesir. Dan bangsa mesir sendiri menggunakan lotus sebagai lambang nasional mereka

Dalam banyak legenda lotus telah disebut sebagai simbol kebajikan sejati, pada agama Buddha ia perlambang pencapaian kesempurnaan menuju nirwana. Kuncupnya melambangkan awal usaha dan puncak mekar bunga menjadi tanda tercapainya kesempurnaan mungkin karena itu Buddha yang Agung dan Dewi Avalokiteshwara/Kwan Im digambarkan duduk di singgasana lotus.

Pada agama Hindu kecantikan teratai pun terukir pada tongkat dan singgasana Syiwa, dewa bertangan empat dalam ajaran Hindu. Singgasana itu bernama padmasana ( "padma" dan "astana" (posisi terbaik dalam memuja)). Dalam Hindu, ia perlambang kemurnian.

Dalam mitologi Yunani diceritakan kalau Odysseus berkelana hingga ke pulau para pemakan bunga lotus, kaum Lotophagus. Pulau ini kemungkinan berada di Africa Utara, kemungkinan Djerba, karena di sana banyak tumbuh lotus. Dalam kisah itu diceritakan kalau minuman bunga teratai dipercaya mampu menghilangkan ingatan seseorang. Korban-korban hilang ingatan itu dipaksa bekerja untuk Odysseus sebagai budak.

Di Korea ada teh herbal yang bernama tisane yang terbuat dari bunga dan daun dari bunga lotus.

Di Thailand, saking sucinya, daun dan bunga lotus ini harus selalu ada untuk menjadi pelengkap saji dalam ritual sembahyang. Sementara bijinya dapat dimakan mentah seperti kwaci pada bunga matahari dan umum dijual di pasar-pasar tradisional Bangkok. Bukan itu saja, biji tersebut setelah dikeringkan lalu direbus sebagai bahan pelengkap dalam campuran minuman es di sana. Dan sayuran yang memakai rimpang bunga, yang merupakan rumah bijinya tersebut, sebagai bagian dari sup tidak hanya dijumpai di Thailand namun juga di China, Korea, India dan Jepang.

Dalam puisi China kuno, lotus merupakan lambang kemurnian dan keanggunan. Seorang Confucian mengatakan:
‘I love the lotus because, while growing from mud, it is unstained.’
Meskipun lotus hidup di air berlumpur, air dan lumpur itu sendiri tak bisa mengotorinya. Tangkai bunga lotus saling terkait berhubungan dengan rimpangnya, melambangkan keabadian yang tak akan putus.

Dari dulu sebenarnya saya ingin sekali memiliki sebuah tato kecil permanen atau temporer bergambarkan naga atau lotus di leher belakang saya. Seperti memiliki rasa eksotis pribadi. Namun karena satu dan lain hal keinginan itu belum terwujud. Atau mungkin gambarnya kurang cocok ya sehingga saya harus menggantinya dulu dengan gambar lain. Mungkin tato dengan gambar simbol OSIS sekolah lebih kena. Atau… gambar dua buah gunung dengan sebuah sungai yang berkelok dari tengahnya, matahari yang bersinar di atasnya, sedangkan pada pinggiranya ada satu atau dua pohon nyiur lengkap dengan buah kelapanya. Menurut anda?


BUNGA SEROJA

Mari menyusun seroja bunga seroja
Riasan sanggul remaja putri remaja
Rupa yang elok dimanja jangan dimanja
Pujalah ia oh saja sekedar saja

Mengapa kau bermenung oh adik berhati bingung 2x
Janganlah engkau percaya dengan asmara 2x
Sekarang bukan bermenung jangan bermenung 2x
Mari bersama oh adik memetik bunga 2x

***

17 Juni 2011

Lotus Merah Muda


Lotus Putih


Teratai biru


Teratai Putih


Cantik banget kan??


Teratai

Rabu, 08 Juni 2011

Rumput Akar Wangi (Polygala paniculata L.)

Anda tahu Gandapura?
Bagi saya nama itu adalah nama yang eksotis sekaligus penuh kenangan. Gandapura adalah nama sebuah tanaman kecil berbunga putih yang tumbuh liar bagai rerumputan. Tahun 2006 seseorang mengenalkannya pada saya pertama kali. Ia mencabut tanaman ini di suatu pagi di antara rumputan lainnya lalu memaksa saya mencium akarnya. Saya kira ia pasti bercanda dan berniat mencandai saya. Saya yakin ia malah akan menculukkan tanaman itu ke hidung saya kalau saya menciumnya, sesuatu yang konyol, namun saya menurutinya. Saya hampir tak percaya, akar tumbuhan kecil itu ternyata beraroma harum melegakan walau sedikit samar. Wajah saya sumringah seperti menemukan sesuatu yang luar biasa.

‘Ini Gandapura.’ katanya.

Ia lalu menjelaskan kalau tanaman itu yang biasa dipakai untuk bahan baku minyak telon. Saya memandangi wajahnya beberapa detik seakan menebak seberapa banyak hal yang ia tahu yang saya tidak tahu sama sekali. Seperti sebuah buku rahasia yang menunggu sebuah kunci untuk membuka.

Saya lalu mencari tahu tanaman apa itu. Yang saya dapati kemudian adalah tumbuhan itu bukan Gandapura karena ia ternyata sungguh berbeda. Ia bernama latin Polygala paniculata L., sebagian menamainya ‘jukut rindik’, sebagian menamainya ‘rumput akar wangi’, yang lain menamainya ‘korejat’, dan selebihnya malah tak menamainya.

Sampai saat ini, kalau saya berjalan sendiri atau bersama orang lain dan kebetulan melihat tanaman itu, maka saya akan mengambilnya dan menyuruh orang yang bersama saya tersebut untuk mencium akarnya. Sesuatu yang sama seperti yang diminta pada saya dulu pertama kali.

Saya mencintai ‘Gandapura’ itu dan malah masih menganggapnya Gandapura, dan saya juga masih mencintai dirinya.


I miss you… always

- Q -
June 04 2011


Senin, 06 Juni 2011

Kemana Semua Buah Itu?

Anda suka dengan buah? Saya suka. Apalgi yang langsung dipetik dari pohon.

Saya rindu dengan buah-buah yang bisa saya temui dulu, buah yang bisa saya lempari dari pohonnya, saya curi dan petik dari halaman tetangga, yang bahkan kini kalau mencarinya di pasar buah dan pelosok kampung juga tidak ada. Beberapa pohon buah kampung yang sebagian sudah jarang saya temui adalah pohon buah nona (srikaya), buah rambai, buah kapundung, sawo dan sirsak (kalau yang dua belakangan ini ada di belakang rumah saya), buah rukam, dan buah buni, dan buah delima.

Berbeda dengan anak sekarang yang mainnya internet dan psp, dulu tentu saja kedua hal itu belum ada, sebagai anak miskin lugu, permainan paling canggih yang saya tahu adalah video game dengan kompartisi yang besar, game watch dan tamiya, yang kesemuanya adalah permainan mahal. Saya ingat dulu waktu kecil saya sering mencari yang namanya buah buni itu. Bersama teman-teman, saya rela harus melintasi 4 gang lainnya dari gang rumah saya hanya untuk mengambil atau menjolok buah yang bergerombol kecil-kecil dan berasa manis itu jatuh dari pohon yang besarnya minta ampun. Kalaupun itu tidak bisa, mendapatkan jatuhannya di tanah saja sudah membuat kami puas. Sebenarnya ada pohon buni lainnya, namun adanya di kuburan yang semak dan ilalangnya susah untuk dimasuki. Kini pohon buni itu sendiri sudah hilang entah bagaimana nasibnya.

Ada juga murbei. Pohonnya berbentuk semak perdu liar. Buahnya yang terdiri dari bulatan-bulatan kecil ini berwarna merah dan berasa asam jika masih muda, namun terasa asam-manis jika sudah matang kehitaman. Namanya sendiri dipakai sebagai nama hama padi yang berbentuk sama. Dulu saya mencarinya di pagar sebuah rumah yang tak lagi ada penghuninya.

Pohon buah lain yang tidak saya lihat lagi adalah ceremai. Biasanya ia lebih cocok dibuat manisan karena rasanya yang asam. Pohonnya juga masih sepupuan dengan belimbing wuluh.
Ada juga buah roda, yang dulu saya tidak tahu bagaimana bentuknya. Namun seingat saya, dulu, teman-teman saya selalu menjagokan buah ini dalam cerita-cerita meraka. Bodohnya saya dulu adalah, mengapa tidak pernah ikut berpetualang dengan mereka kalau sudah menyangkut buah roda. Mungkin karena dulu dalam pikiran saya buah itu memang berbentuk seperti roda becak atau gerobak sampah ya, makanya saya tak pernah mau, entahlah saya lupa.

Memang beberapa buah kampung sudah menunjukkan auranya dan mengajukan nama mereka sehingga mendunia. Bahkan pisang dengan beraninya mendirikan republiknya sendiri. Bukankah itu menunjukkan betapa mandiri dan dominannya dia? T E R L A L U… . Besar kecil pisang juga menjadi simbol kejantanan lela…
Ow ow ow…lebih baik saya berhenti di sini sebelum menjurus ke arah yang lebih sensitif.

Kini buah roda sudah berganti buah naga, murbei jauh kalah saing dari sepupunya strawberry, burberry nyangkut di tangan Halle Berry. Mangga (mango) bahkan mengandeng Mila Jovovich sebagai ikonnya, sedangkan apple, blackberry, (dan blueberry?) kini setia hadir di saku dan tas menjadi lambang presisi banyak pribadi.

Kapan saya bisa melihat lagi pohon buni menjulang tinggi dengan amannya, bersebelahan dengan pohon rukam dan ceremai di sebarannya? Kapan ya salak bisa ikut mendunia juga?

- Q -
June 4 2011

Buah Buni

Buah Murbei

Buah Kepundung

Buah Ceremai atau Gooseberry

Buah Roda

Buah Rukam

Buah Nona atau Srikaya

Buah Rambai