Kamis, 15 Desember 2011

Edgy Cloudy

Lelaki itu masih memandangi cangkir kopi di hadapannya
telah kosong kini
Lama ia terdiam sebelum tangannya merogoh ke dalam lubang di dada, mencabut hati dari tempatnya dan meletakkannya di sebelah cangkir kopi
Hati itu, terdiri dari setengah hatinya dan setengah hati kekasihnya
terjalin darah terbekam
sekam
mengeram,
dulunya






Kini setengah hati kekasihnya terlihat berbeda
Kontras dengan punyanya yang merah menyala, membara
Ia mengkerut,
berderak dan berbalut entah
Suram,
Menuju mati

Ia tahu, hal yang sama berlaku jua dengan setengah hatinya yang terpasang di sana, dalam dada (yang ia kira) kekasihnya

Lelaki itu memandangi meja di hadapannya
hatinya, dan cangkir kopi
yang telah kosong kini

Though he knows,
He is not a coffee-person 


Lelaki itu terpana
Cukup sudah data empirik yang terjamu
Mulai dari tempus incidentia sampai terra incognita
Semua sah, terstempel dan tertandatangani
Dia, (yang dikira) kekasihnya
Mencoba berkelit
Namun sendirinya terlilit
Cercaan dan rasa tak percaya adalah pohon yang ia tanam sendiri
dan ia tumbuhkan sendiri
Sementara lelaki itu masih saja saja berdiam diri.
(mungkin kelelahan berulang memaksanya untuk berdiam sejak itu)



Kini ia tinggal menunggu jatuhnya palu
Ketukan ketiga yang menentukan akhirnya
Adakah usaha dari dia (yang dikira) kekasihnya?
Atau semua akan sia-sia, atau malah kembali layaknya semula.

Selasa, 06 Desember 2011

Merah itu Senja

Aku heran mengapa kau juga mengotakkan dan menaruhku dalam salah satu dari entah berapa banyak susunan kubikel yang masih kosong dalam sudut hatimu.
Okelah kalau itu memang itu kau lakukan, setidaknya kalau aku berarti khusus maka aku minta satu kompleks besar kubikel dari yang lainnya sehingga aku nyaman di situ.
Maaf kalau itu berpengaruh pada tak sensitif dan tak perhatiannya aku belakangan ini karena aku butuh kepastian.
Karena kau memaksaku untuk melakukan ini dan kita selalu bertaruh dan berdebat akan banyak hal.

- masihkah kita mencinta? -

Seperti halnya saat kau mengatakan merah itu marah
Itu membuatku gelisah
Sesuatu melenting geming dalam dada,
tak diam,
berdebam...
Merah itu senja
Karena bagiku marah itu Hitam tingkat II
Abu-abu adalah bimbang dan salju


- kau tahu, aku mengambil selingkar besar senja sore kemarin dan menempatkannya dalam sisi depan pikirku.
Indah sekali, terasa kalau bumi itu besar dan juga kecil sekaligus. Sementara aku memang kecil dari dulu. -

Merah itu senja dan kuning adalah fajar,
Aku sudah memaku keduanya.