Setiap cangkang kerang kosong yang terbuang jatuh berai berlumpur dan kerap hilang terendap, tetap mengingatkanku pada diriku, tanpa dirimu.
Seperti itulah aku mengingatmu.
Setiap hari,
sampai aku mati.
Setiap tetes hujan yang jatuh membasahi tanah kering kerontang, sama seperti tiap buih dan bulir air laut yang acap terasa di kaki dan tanganku dan kita singgahi bersama saat terang, saat gelap.
Panas, dingin, riak menggelora dan hanyut tenang kembali.
Seperti itulah aku mengingatmu.
Setiap hari,
sampai aku mati.
Setiap helai rumput yang bergoyang, terasa seperti daun-akar gandapura yang kau kenalkan padaku untuk dicium.
Menebar bau yang melaju ke pusat indraku dan menampilkan langsung bayangmu mau atau tidak.
Seperti itulah aku mengingatmu.
Setiap hari,
sampai aku mati.
Setiap desir angin berhembus tetap terasa seperti malam-malam dingin waktu kita jalan bersama, dan aku memelukmu di sana bersama dengan fantasi dan niat nafsu membara dan … kasih.
Seperti itulah aku masih mengingatmu.
Setiap hari,
sampai aku mati.
Setiap kelokan jalan itu sangat berarti buatku.
Karena kelokan-kelokan pada bukit-bukit cengkeh itulah salah satu hal yang akan terus kuingat, layaknya aku tetap mengingat dirimu,
setiap hari,
sampai tiba aku mati.
Seperti hari ini.
Aku kembali mengingatmu sebagai satu bagian dari masa dan titik di benakku. Seperti sebuah massa yang mengumpul dan terus membesar dan siap untuk meledak setiap waktu.
Seperti makhluk kecil bersayap yang tumbuh kembang dalam otakku yang terang seluruh dan hinggap dari satu neuron ke neuron yang lain dalam sel-sel syarafku dan menggigitinya satu persatu hingga menginfeksi system ingatku yang lain.
Seperti semua hal yang terasa berkomplot padamu mulai dari bau yang sama dengan bau tubuhmu, warna, rasa yang pernah tercipta saat bersamamu, bentuk, bahkan ilusi akan tertawaanmu, candaanmu, pandangan matamu bahkan jatuhan rambutmu yang terus menggerogoti dan mengikatku padamu. Seperti itulah kau mengingatkanku, padamu.
Setiap waktu. Terus, …
dan terus, …
dan terus, …
dan terus …
March 10, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar