Selasa, 26 April 2011

Sekilas tentang Makhluk yang Bernama Hujan

image is taken from google



Dalam satu riwayat Rasul Agung Muhammad Saw diceritakan,
Bahwa suatu waktu kota Madinah lama tidak tersiram hujan, yang membuat bumi merintih hingga kulit-kulitnya merekah, bahkan rumputpun telah lelah. Matahari menjadi berkuasa karena dapat memamerkan sinarnya dengan sempurna.
Semua kering.
Hingga pada suatu hari Jum’at ketika Rasulullah sedang berkotbah Jum’at, seketika berdirilah seorang Badui dan menyela, ‘Ya Rasulullah, telah rusak harta benda dan lapar segenap keluarga, doakanlah kepada Allah agar diturunkan hujan atas kita.’
Mendengar permintaan Badui tersebut, Rasulullah mengangkat kedua tangannya ke langit, ia berdo’a. Di hari yang terik bahkan awanpun enggan muncul itu, tiba-tiba datanglah awan-awan besar bergulung-gulung sebesar gunung. Bahkan sebelum Rasulullah Saw sempat turun dari mimbarnya, hujan telah turun dengan selebat-lebatnya, membuat dirinya sendiri kehujanan, bahkan air mengalir melalui jenggot Beliau. Hujan itu tidak berhenti sampai Jum’at yang berikutnya, sehingga kota Madinah mengalami banjir besar.
Maka datang kembali seorang Badui kepada Rasulullah Saw dan berkata: ‘Ya Rasulullah, sudah tenggelam rumah-rumah, karam segala harta benda. Berdo’alah kepada Allah agar hujan diberhentikan di atas kota Madinah ini, agar hujan dialihkan ke tempat yang lain yang masih kering.’
Rasulullah Saw kemudian menengadahkan kembali kedua tangannya ke langit dan berdo’a: Allahuma Hawaaliinaa Wa laa Alainaa (Ya Allah turunkanlah hujan di tempat-tempat yang ada di sekitar kami, jangan atas kami). Sewaktu berdo’a itu Rasulullah Saw menunjuk dengan telunjuk beliau kepada awan-awan yang di langit itu, seakan-akan Beliau memerintahkan daerah-daerah mana yang harus didatangi. Baru saja Rasulullah menunjuk begitu berhentilah hujan di atas kota Madinah.
(Sahih Bukhari, juz 8 no 115).


Proses hujan terjadi karena adanya penguapan molekul-molekul air yang terurai menjadi senyawa hidrogen dan oksigen (pada hujan asam senyawa tersebut berupa sulfur dan nitrogen bereaksi dengan oksigen). Dalam satu detik ada sekitar 16 juta ton molekul air yang menguap ke udara. Molekul-molekul air itu kemudian berkumpul dan membentuk awan di langit jauh di ketingggian minimum 1200 meter dpl, bahkan hingga ketinggian 10.000 meter di atas sana. Pada awan itulah kemudian terjadi proses kondensasi (pendinginan) yang membentuk kembali senyawa yang terurai tadi hingga titik jenuhnya dan melepaskan kembali molekul-molekul air itu untuk terjun bebas ke bumi dengan jalan yang tidak terburu-buru, kecepatan rata-rata mereka hanya 8-10 km/jam. Dalam satu detik jumlah air yang dicurahkan langit ke bumi sama dengan jumlah molekul air yang menguap per detik, 16 juta ton, yang menjadikannya sebuah siklus yang tetap terjadi sesuai takaran yang seimbang. Tidak semua air yang menguap lalu jatuh kembali ke bumi berbentuk hujan. Ada juga molekul air yang kembali menguap di udara kering. Hujan jenis ini disebut virga.
Titik hujan memiliki bentuk khusus yang meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih rendah. Bila atmosfer tidak memiliki sifat gesekan, bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan, bayangkan kalau setiap tetes berupa gelembung air besar yang turun dari langit. Walaupun begitu, satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut berefek sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari ketinggian 15 cm. Setiap tetes hujan yang jatuh sedikitnya mengalami 60.000 kali perubahan bentuk dari mulai ia pertama jatuh bebas hingga menjejak bumi. Jangan pernah membayangkan kalau bentuk tetesan hujan sama dengan bentuk tetes air mata atau air keran yang berupa bulat di bawah dan runcing di atas. Makhluk-makhluk kecil itu tidak berbentuk seperti itu, mereka jatuh dengan bentuk bulat bola atau elips dengan cekungan dibawahnya (tergantung besarnya ukuran tetesan tersebut).
- Pada diameter sekitar 1 mm, tetes hujan akan berbentuk bola karena molekul air cenderung tarik-menarik dan membentuk tegangan permukaan air. Tetes hujan yang jatuh ukuran ini mampu mempertahankan bentuk bulat bola karena gaya gesekan di udara kecil.
- Pada diameter sekitar 2 mm, bentuknya mulai dipengaruhi oleh hambatan angin sehingga bagian bawah dari bola tersebut menjadi sedikit merata.
- Pada diameter 3 mm akan berbentuk roti hamburger (bagian bawah rata dan bagian atas pipih), hal ini karena adanya interaksi antara tegangan permukaan air bagian bawah dengan gaya gesekan di udara.
- Pada diameter 4 mm, tetes hujan akan terlihat seperti akan terbelah dua.
- Pada diameter sekitar 4.5 mm, ketegangan air telah terpengaruh oleh hambatan angin yang membuatnya membentuk kanopi besar (hampir seperti parasut) lalu terbagi menjadi dua atau lebih tetes hujan kecil.


Tak ada yang bisa mencampakkan diriku kembali ke masa lalu sebaik yang dilakukan hujan
Setiap makhluk kecil yang dikawal seorang malaikat yang sanggup menggetarkan seluruh syaraf otakku untuk memanggil kenangan,
Meresonansi pada dalamnya kerinduan
Seperti cambuk yang melecut menyadarkan jiwa yang kehilangan serpihan.

Bahkan sebelum bulir pertamanya turun menjejak,
Tanah dan rerumputan sudah dengan sukarela menengadah dan merentangkan tangan mereka menyambut dengan mulut berdecak,
Bersiap mengeluarkan petrichor terbaik mereka,
menyempurnakan bau harum misterius menenangkan jiwa

- Q -

26 April 2011


image is taken from google




Sumber:



Minggu, 24 April 2011

JADAH

Jangan pernah kau tanya kenapa aku lebih memilih ada di jalanan daripada di rumah. Jalanan lebih menjanjikan kesenangan padaku. Jalan lebih bersahabat dari sahabat padaku. Jalan lebih mengertiku dari yang lain. Jalanan lebih ada untukku ketimbang yang lainnya. Ini aku, teman-teman memanggilku Bulung, dan kurasa aku lebih suka nama itu daripada nama asliku sendiri. Sudah dua tahun ini aku ada di jalanan. Kami semua selalu bersama-sama, makan, tidur, bahkan kalau bisa berak dan kencing pun sama.

Sudah enam bulan ini pula kami tinggal di gedung kosong bekas toko. Gedung tingkat dua yang menunggu diruntuhkan sejak kebakaran setahun lalu. Bukan karena aku tak punya rumah. Kadang aku pulang ke rumah, menengok emak. Kadang tiga minggu sekali, kadang sebulan, kadang tiga bukan tak pulang. Aku juga kadang memang kangen sama emak, tapi untuk apa aku pulang kalau yang kulihat juga sama. Keluargaku orang susah, emak susah. Cari makan saja sulit. Untuk apa aku ke rumah kalau menambah-nambah susah emak?

Teman-temanku juga ceritanya sama. Pulang ke rumah cuma untuk mendapat marah, bertengkar, di suruh ini disuruh itu. Dan satu lagi, mereka juga bukan orang kaya. Mereka juga susah kayak aku. Makanya mereka juga pergi dari rumah. Pergi ke jalanan. Cari makan di jalanan. Cari hidup di jalan. Saat orang tua kami tak lagi peduli maka yang mengerti kami adalah jalanan dan teman-teman. Yang mengerti kami adalah debu dan dingin malam. Aku senang hidup begini, bukan karena aku tak punya mimpi. Dulu aku juga pernah sekolah tapi putus karena emak tak ada biaya. Mau mengharap kemana? Emak orangtuaku satu-satunya. Bapak sudah meninggal 3 tahun lalu ditabrak truk. Sementara kakakku Mita sudah punya keluarga sendiri dan beranak dua. Hidupnyapun sama susahnya dengan emak. Di bawahku masih ada Didi, adikku. Sekarang dialah satu-satunya anak yang masih tinggal sama emak, sebentar lagipun kurasa dia sudah mencari teman-temannya sendiri di jalanan. Aku tak mau tinggal sama emak lagi. Aku sudah besar, tahun ini 12 tahun. Aku sudah bisa mencari makan sendiri. Kaadan sewaktu pulang aku kasih sedikit uang yang kudapat selama ini. Emak gak pernah berkata apa-apa kalau aku kasih dia uang, tapi dia selalu menatapku lekat-lekat lalu memelukku. Kalau memelukku kadang dia menangis. Kadang aku menangis. Kalau sudah begitu biasanya aku cepat-cepat menghapus air mata terus lari keluar rumah, kembali mencari teman-temanku. Kadang memang iri kulihat teman-temanku yang masih sekolah. Tapi mereka mampu. Di sini, aku bebas kemana aja tak ada yang larang. Tak ada PR untuk dikerjakan di rumah. Tak ada Matematika sama Bahasa Indonesia yang bikin pusing kepala. Kalau aku jenuh, tinggal patungan sama kawan beli lem kambing terus ngelem bersama-sama. Kalau sudah ngelem aku melayang. Ringan, tenang kurasa.
Kalau sudah pagi meminta-minta pada setiap kendaraan yang ada. Tampang orang-orang yang melihat kami sebenarnya lebih kepada tampang muak daripada kasihan, tapi mau dibilang apa lagi? Kalau sudah siang sedikit kami lalu pergi mengambil goni plastik dan menentengnya di punggung. Mencari-cari kaleng, besi tua, barang-barang plastik, botol kecap atau minuman keras, sendal rusak, apa saja yang bisa dijual. Tak sudah menjual barang-barang itu semua. Selalu ada yang menampungnya. Aku tak keberatan kalau harus merogoh ke dalam tempat sampah orang untuk barang-barang iru. Walau kadang harus diusir dimaki pemilik rumah karena membuat sampahnya berantakan lagi. biasanya kalau sudah begitu tinggal lari. Kadang memang kami dapat susahnya. Kalau sudah razia waduh hilanglah semua. Digaruk sama-sama Wak Pen atau Bu Min pengemis yang sering mangkal sama-sama kami di jalan. Trus naik truk beramai-ramai sambil dipelototi sama Satpol PP. Dimarahi, dinasehati kepala ditoyor atau dipukuli kayaknya udah biasa sama kami. Setiba di panti nanti dimarahi lagi,
‘Ini lagi ini lagi, wajah kalian saja yang mampir ke mari! Sampai hapal aku sama kalian.’ Begitulah kalau pak Jarwo sudah menempatkan kami dalam ruang binaan. Biasanya setelah itu satu dua tamparan di mukaku akan kudapat. Lalu tinggal dua hari di sana terus di lepas. Mana mau mereka menahan kami, tak cukup duit mereka untuk memberi kami semua makan.

Di jalanan yang kuanggap orangtua hanyalah mbak Jenny, waria yang sering mangkal di perempatan Sudirman kalau malam. Hanya dialah yang mengerti diriku dan sampai saat ini ia tidak pernah melakukan hal yang buruk padaku. Ia betul-betul menganggapku sebagai adiknya. Ia sering memberikanku makanan dan uang, walaupun tak banyak. Ia juga sering menasehatiku untuk tidak hidup lagi di jalanan. ‘Terlalu keras untukmu.’ katanya. Ia memang terlampau baik padaku. Dan aku juga tak suka bila ada lelaki yang jahat samanya. Pernah sekali dua kali ada lelaki yang bertingkah dengan mbak Jenny setelah ngewek, sudah gak bayar, malah mukul lagi. sudahlah, habis ia kubuat. Kukumpulkan teman-temanku lalu menghajarnya beramai-ramai dan mengambil duitnya. Untungnya selama itu pula tak ada yang melaporkannya ke Anak-anak Pramuka - sebutan kami untuk polisi -, kalau itu terjadi bukan tak mungkin masalahnya jadi tambah panjang.

Aku menghargai mbak Jenny karena kebaikannya padaku, entah apa yang dilihatnya pada diriku, namun itu mungkin hanya kepadaku seorang. Karena kutahu ia pernah membawa Ipung ke dalam kamarnya. Dan tak berapa lama Ipung keluar dari sana dengan membawa beberapa lembar uang di dalam sakunya. Namun memang Ipung lebih tua dari kami semua dan ia juga berbadan besar tinggi. Kulit hitamnya mengkilat kalau ditimpa sinar matahari. Walau masih anak kampung namun aku tahu kalau Ipung juga bertampang manis. Yah, hitam manis sebutannya. Ipung seperti tidak cocok berada di antara anak-anak jalanan lainnya. Kurasa kalau ia ikut kontes menyanyi ia akan diterima sebagai peserta, toh ia punya suara yang bagus. Aku pernah ikut dengannya ketika ia mengamen.

Ada bang Raja. Duda lapuk itu dianggap bos oleh semua anak jalanan, walapun tak ada yang suka kalau ia menjadi bos. Katanya dia sudah dua kali kawin, dua kali pulalah istrinya kabur karena tak tahan dengannya. Ia tak beranak, paling banter bininya bunting terus keguguran. Mungkin itu kutukan dirinya. Mau tak mau kami semua harus turut pada katanya. Ia biasa main kartu atau dam batu di lapo. Kalau sudah datang gilanya atau kalah berjudi maka itu artinya kiamat bagi kami. Tak satupun anak yang mau bertemu dengannya, semua lebih baik menghindar dan bahkan kena razia daripada kena olehnya. Apeslah kalau ada yang kepergok oleh matanya. Selain dimintai setoran hari itu ia juga akan dibawa kemana yang ia mau, bisa ke semak, gedung kosong yang mau runtuh, atau ke kuburan Cina. Di sana anak itu akan merasakan sakitnya ‘tusukan’ bang Raja. Ia tak peduli saat kau meringis menahan sakit perlakuannya. Ia juga tak peduli bila kita menangis sampai kuku rusak mencengkram tanah dan dinding menahan kuatnya ia bergoyang maju mundur di belakangmu sambil bernafas menderu.
‘Besok-besok kalau kau ulangi lagi, kau tau akibatnya.’ Lalu ia menaikkan celananya dan membiarkanmu begitu saja. Dan selepasnya kau akan terseok berjalan pulang, berasa panas dingin seakan demam. Kurasa tak ada satupun anak dari kami yang belum pernah merasakannya, tak satupun. Oya, mungkin hanya Ipung yang tidak merasakannya. Mungkin karena Ipung berbadan besar dan setinggi dirinya makanya si Raja kampret itu menjadi segan. Entahlah, aku tak tau pasti. Tapi lain cerita kalau ia menggandeng cewek-cewek yang sering mangkal di pinggir jalan. Apalagi kalau kartunya bagus, itu artinya kami aman. Dulu, beberapa anak ada yang nekad mengikuti dia kemanapun pergi sama cewek itu sewaktu habis berjudi dan mabuk, selesai ngewek biasanya si cewek langsung pergi dan tinggal bang Raja sendiri yang tergeletak tak sadar diri. Ia sudah tak awas lagi, kesempatan buat kawan-kawanku untuk merogoh kantong-kantongnya. Bagus kalau ketemu duit walaupun goceng atau cebanan. Sekali dua kali itu berhasil. Tapi kemudian tak ada lagi yang berani, ceritanya pernah sewaktu Ajad temanku mengikuti dia yang mau dan mau ngewek, sewaktu cewek itu pergi, ia berniat untuk merampok bang raja, sialnya bang Raja sadar lagi dan habislah Ajad kena bogem, bukan itu saja, Ajad juga kena jatah dari Bang Raja. Karena itu sekarang tak ada lagi yang mau nekad merampok bang Raja. Cari mati! Selama aku mengenal bang Raja, belum sekalipun kulihat dia berbuat baik samaku atau sama anak yang lain. Selalu takut yang kami rasa, tak ada yang lain. Jangan tanyakan rasa benciku atau benci teman-temanku yang lain padanya, bahkan hanya mendengar namanya saja membuatku harus meludah ke tanah tiga kali untuk mengutuk sosoknya. Ia seperti borok bernanah yang siap menjalar membesar perlahan di lututmu yang akan meninggalkan bekas menghitam selamanya di sana. Tak peduli berapa kali kau gosok bekas itu dengan batu apung atau yang lainnya dia akan tetap ada.

Hari ini apesku. Setoranku kurang sama bang Raja, walau sudah ditambah dengan uang Mamad tetap saja kurang lima ribu perak. Sore itu kami menghadap dengan perasaan yang selalu sama, takut. Teman-temanku bilang kalau sebaiknya aku bilang saja ke bang Raja kalau besok jumlahnya dilipatgandakan biar setoran hari ini tertutupi, namun siapa yang tahu pikiran bang Raja? Aku hanya bisa berharap, semoga saja.
Ternyata ia tidak berkata apa-apa. Ia cuma bilang ‘Hmm…’ lalu menghardik kami untuk pergi. Aku senang bukan kepalang, aku berjanji padanya untuk menutupi kekurangan setoran hari ini esok hari. Aku berjanji padanya.

Malam ini hujan gerimis, dan kami semua kelaparan. Akulah yang bertugas membeli makan hari ini, entah kenapa aku merasa aneh malam ini, karenanya aku meminta Bobong untuk menemaniku. Dingin dan basah tak begitu terasa kalau berdua kan? Belum sampai di warung tiba-tiba tanganku dicengkram, lalu ditarik paksa. Bobong lari ketakutan duluan, aku tak sempat berpikir panjang.

‘Kemari kau!’ suara itu, suara bang Raja. Mati aku! Ternyata ia menyimpan dendamnya untuk malam ini. Aku masih ditarik tak berdaya, pipiku sudah sakit duluan ditampar tadi. Lalu kami masuk ke dalam sebuah rumah kosong, tak ada pintu, tak ada jendela, namun bang Raja tak peduli semua itu, kurasa walau seratus orang melihat dirinyapun ia masih akan melaksanakan niatannya padaku. Celanaku sudah dipelorotinya dan ia juga sudah siap. Ketika ia melakukannya, rasa itu masih sakit seperti saat pertama ia melakukannya.

‘Sudah kubilang jangan macam-macam samaku, kau tak mau dengar. Kau rasakan sekarang.’ Katanya sambil terus mendorong kuat tubuhnya di belakangku. Air mataku keluar menahan sakitnya. Hingga tiba-tiba ia terhenti berbarengan dengan suara yang menghantam sesuatu dua kali. Bang raja berteriak tertahan lalu suara berdebum. Sosoknya jatuh di belakangku, entah apa yang terjadi. Tempat itu gelap namun aku tahu ia terkapar di bawah sana. Kejadiannya cepat sekali.
‘Pulanglah Bulung, anggap ini tak pernah terjadi! Suara itu? aku tak mau berpikir panjang, aku naikkan celanaku dan lari, masih bisa kulihat sosok itu menghantam tubuh bang Raja sekali lagi dengan pemukulnya. Aku berlari cepat sekali, ada ribuan hal dalam otakku yang menari-nari, gerimis bersatu dengan peluh dan air yang keluar dari mataku. Di tengah jalan aku berjumpa dengan Bobong dan yang lainnya. Mereka ingin menolongku. ‘Ini sudah cukup!’ kata mereka. Namun aku menarik mereka kembali pulang. Dan kami terus berlari.

Esoknya, semua orang heboh dengan sosok bang Raja yang sudah menjadi mayat di rumah kosong itu, tengkoraknya retak dengan darah di mana-mana. Aku dan teman-teman diam saja dan memperhatikan dari kejauhan. Tak satupun dari kami yang berbicara namun ada rasa terpuaskan bila ia sudah menjemput ajalnya. Ia pantas mendapatkan itu, sungguh sangat pantas. Pikir kami semua, dan kamipun tak ingin tersenyum untuk itu. Dendam terselesaikan. Bahkan saat mayat itu dibawa Anak-anak Pramuka kami masih memperhatikannya. Di kejauhan, di bawah pohon Seri, di antara kerumunan orang, aku melihat sosok yang kuyakini itu suaranya semalam. Ipung.

- Q -
24 April 2011

Rabu, 20 April 2011

Ibu Kartini, Sebuah Tanda Tanya Penokohan?

Tidak usah disebutkan hari istimewa apa yang terjadi pada tanggal 21 April setiap tahunnya saya rasa pasti mayoritas rakyat Indonesia sudah mengetahuinya. Ya, Hari Kartini. Secara pribadi sedari dulu saya tidak pernah menganggap serius Hari Kartini, bukan karena masalah jender, anti emansipasi perempuan atau dan anti feminisme, bukan, namun karena saya masih mempertanyakan kepatutan sosok Kartini sebagai satu-satunya pribadi perempuan istimewa.
Kartini dilahirkan dalam keluarga yang masih teguh pada adat istiadat yang menjelaskan mengapa ia dipingit pada usia 12 tahun hingga menunggu waktunya untuk dinikahkan oleh orangtuanya. Dalam masa pingitan itu, ia menjalani hari-harinya dengan membaca banyak bacaan berbahasa Belanda seperti buku, surat kabar, dan juga majalah-majalah ilmu pengetahuan dan kebudayaan, selain majalah perempuan Belanda De Hollandsche Lelie.
Pada usia kurang lebih 24 tahun Kartini kemudian menikah atas suruhan orangtuanya dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, dan ia tidak menempati posisi sebagai istri pertama.
Semasa hidup dalam pingitan tersebut, Kartini banyak berkorespondensi dengan Ny. Rosa M. Abendanon dan suaminya Jacques Henrij Abendanon, sering disingkat J.H. Abendanon. Selain itu ia juga berkenalan dengan seorang aktivis wanita dari Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP) bernama Estella Zeehandelaar. Diceritakan bahwa kepada mereka Kartini mengungkapkan keinginannya untuk dapat menjadi seperti kaum muda Eropa yang tidak harus terikat pada adat istiadat sehingga bisa bebas bersekolah dan tidak harus dipingit. Mungkin karena keinginannya itu, Stella kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modernitas, terutama mengenai perjuangan perempuan dan sosialisme.
Di sini saya tidak menyalahkan sosok Kartini sendiri. Namun saya mempertanyakan penokohan dirinya yang membuatnya seakan-akan sebagai satu-satunya perempuan Indonesia yang berjasa dalam menegakkan pemikiran dan perjuangan perempuan di Indonesia. Karena kalau dilihat lagi hingga saat ini sebagian besar naskah surat yang diakui ditulis oleh Kartini tidak pernah diketahui keberadaannya. Saat itu pula pemerintahan kolonial Belanda sedang menjalankan Politik Etis terhadap bangsa Indonesia. Sehingga bukan tidak mungkin J.H. Abendanon merekayasa surat-surat Kartini mengingat posisinya saat itu sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan demi memuluskan rencana yang telah disusun oleh pihak Belanda. Belum lagi Abendanon sendiri sering bertukar pikiran dan meminta nasihat dari Snouck Hurgronje, seorang orientalis yang berada di balik kemenangan Hindia-Belanda pada Perang Aceh.
Jadi kemungkinan pembentukan ‘seorang’ Kartini seperti yang ada di benak kita selama ini kemungkinan adalah sebuah skenario dari Pemerintah kolonial Belanda pada masa itu, yang kemudian kita sebagai bangsa Indonesia turut menjaganya sehingga ia tumbuh kembang terawat lebat seperti selama ini. Dan hal lain yang menjadi pertanyaan saya adalah, apakah dimadu seperti halnya Kartini juga masuk dalam kriteria feminisme yang selama ini menginginkan kesetaraan jender dengan pihak lelaki? Hmm…
Keinginan Kartini untuk memajukan pemikiran perempuan akhirnya didukung oleh suaminya sehingga membuatnya mendirikan sebuah sekolah untuk perempuan, sekolah ini terletak di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Kartini akhirnya meninggal pada tanggal 17 September 1904 beberapa hari setelah Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Ia meninggal pada 25 tahun dan Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Pada tahun 1912 didirikanlah Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang, dan kemudian berkembang di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah itu sendiri adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga C.H Van Deventer, yang lagi-lagi seorang tokoh Politik Etis pemerintah Belanda. Van Deventer jugalah orang pertama yang menampilkan Kartini sebagai sosok pejuang hebat.
Ada banyak perempuan lainnya di Indonesia yang termasuk dalam deretan pahlawan perempuan ‘kelas dua’ setelah Kartini. Padahal mereka ini tidak kalah hebat dibandingkan dengan Kartini, bahkan mungkin lebih hebat karena mereka tidak saja menggunakan kemampuan intelektual mereka namun juga menggunakan tenaga mereka untuk berjuang dengan tujuan bukan hanya untuk kaum perempuan namun untuk kebebasan rakyat dari penjajahan pada saat itu. Perempuan-perempuan ini tidak takut untuk terjun langsung ke dalam peperangan daripada hanya menyerah pada keadaan dan hanya bercita-cita.
Dari daerah Aceh ada begitu banyak perempuan yang tidak hanya cantik dan pintar namun juga berani menantang langsung penjajah di medan perang, seperti Sulthanah Nahrishah, Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin, Laksamana Cut Malahayati, Pocut Meuligo, Cut Nya’ Dhien, Cut Nyak Meutia, dan banyak lagi.
Laksamana Cut Malahayati (1585-1604) - disebut-sebut sebagai laksamana perempuan pertama di dunia. Ia memimpin Angkatan Laut Kerajaan Aceh yang terdiri dari ratusan kapal perang. Pada kunjungan kedua Cornelis de Houtman - orang Belanda pertama yang tiba di Indonesia –pada tahun 1599, ia mencoba untuk menggebrak kekuasaan Aceh. Namun Malahayati bukanlah tandingan baginya. Armada de Houtman berhamburan diserang armada Laksamana Cut Malahayati. Cornelis de Houtman sendiri mati dibunuh oleh Malahayati pada tanggal 11 September 1599. Kekalahan Belanda disusul oleh kekalahan armada Portugis, hal inilah yang membuat Ratu Elizabeth I segera mengirimkan surat damai ke kesultanan Aceh yang dititipkan pada James Lancaster. Inilah yang membuka jalan bagi Inggris untuk menuju Jawa dan membuka pos dagang di Banten. Keberhasilan inilah yang sebenarnya membuat James Lancaster dianugrahi gelar bangsawan sepulangnya ia ke Inggris.
Cut Nyak Meutia (1870-25 Oktober 1910) – Nama Meutia (berarti mutiara) memang pantas melekat pada dirinya yang sungguh cantik.

Cut Meutia bukan saja amat cantik tetapi iapun memiliki tubuh yang tampan dan menggairahkan. Dengan mengenakan pakaian adatnya yang indah-indah menurut kebiasaan wanita di Aceh dengan silueue (celana) sutera berwarna hitam dan baju dikancing perhiasan-perhiasan emas di dadanya serta tertutup ketat, dengan rambutnya yang hitam pekat dihiasi ulee cemara emas (sejenis perhiasan rambut) dengan gelang di kakinya yang melingkar pergelangan lunglai, wanita itu benar-benar seorang bidadari (H.C. Zentgraaff, 1983: 151).

Basis perjuangannya berada di daerah Pasai (Aceh Utara sekarang) di bawah komando perang Teuku Chik Muhammad atau Teuku Chik Tunong (suaminya sendiri) dan para pejuang lainnya. Ia bukan saja sebagai ibu rumah tangga tapi ia juga bertindak sebagai pengatur strategi pertempuran. Benar-benar bentuk emansipasi bukan? Teuku Chik Tunong dan Cut Meutia di dalam pergerakannya selalu menggunakan taktik perang gerilya dan spionase yaitu suatu taktik serang dan mundur serta menggunakan prajurit memata-matai gerak gerik pasukan lawan terutama rencana-rencana patroli dan pencegatan. Pergerakan perempuan ini membuat ia selalu menjadi incaran pasukan Belanda. Hingga akhirnya pengejaran pasukan Belanda berakhir pada tanggal 25 Oktober 1910 di mana pasukan Belanda bergerak ke arah Krueng Peutoe yang airnya dangkal terjadilah bentrokan dahsyat. Walaupun saat itu posisi Cut Meutia kurang menguntungkan, namun ia dengan sikap gagah berani tampil ke depan dengan rencong terhunus maju bertempur disertai semangat dan jiwa kesatria dan pekikan Allahu Akbar.

Di daerah lain di Nusantara juga masih banyak perempuan hebat lainnya yang berjasa pada perjuangan.

Maria Josephine Chaterine Maramis (1 Desember 1872- 22 April 1924) - lebih dikenal dengan nama Maria Walanda Maramis. Maria menikah pada umur 18 tahun dengan Yosephine Frederik Calusung Walanda, seorang guru bahasa di HIS Manado. Dari suaminya, Maria banyak belajar tentang bahasa, ilmu pengetahuan dan keadaan masyarakat Sulawesi. Pada bulan Juli 1917, ia mendirikan PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya) untuk mendidik kaum perempuan agar mandiri dan dapat menambah penghasilan, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan, bahkan menjual kue-kue dan lainnya. PIKAT sendiri tumbuh bercabang ke Maumbi, Tondano, Sangirtalaud, Gorontalo, Poso dan Motoling bahkan hingga ke Jawa dan Kalimantan. Pada tanggal 2 Juli 1918 di Manado didirikan sekolah rumah tangga untuk perempuan-perempuan muda, yaitu Huishound School PIKAT. Maria juga memiliki cita rasa seni dengan mengadakan pertunjukkan sandiwara Pingkan Mogogumoy, sebuah cerita klasik Minahasa. Maria juga selalu menanamkan rasa kebangsaan di hati kaum perempuan dengan menganjurkan memakai pakaian daerah dan berbahasa Indonesia. Maria juga berusaha agar perempuan diberi tempat dalam urusan politik, seperti duduk dalam keanggotaan Dewan Kota atau Volksraad (Dewan Rakyat). Perjuangan yang hebat tanpa meninggalkan kodrat.

Martha Christina Tiahahu (1800 –1817) – Ia adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut. Pada usia 17 tahun ia telah berjuang bersama ayahnya, Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy Kapitan Pattimura dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, gadis molek ini terkenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya. Pada setiap pertempuran berang (ikat kepala kain) merahnya tetap tak ketinggalan. Selain mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua siang dan malam, ia juga ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Martha bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran.
Dan kecenderungan yang terjadi pada tanggal 21 April adalah diadakannya perlombaan-perlombaan untuk kaum perempuan mulai dari sekolah-sekolah sampai banyak instansi pemerintah maupun swasta untuk berlaku layaknya Kartini yang jatuh-jatuhnya malah merujuk pada satu suku di Indonesia, dan tujuan dari perjuangan pejuang-pejuang perempuan tersebut akan emansipasi menjadi melenceng jauh.
Jadi walaupun tanggal 21 April setiap tahunnya di Indonesia diperingati sebagai Hari Kartini, saya tidak akan mengucapkan selamat padanya walaupun anda bujuk. Tapi saya akan mengucapkan selamat Hari Perempuan Indonesia, dan lagi, bagaimanapun mereka ingin dimengerti kan?


Rizky,

20 April 2011

Kamis, 14 April 2011

HALO MATAHARI: Sebuah pertanda??

Ini bukan sebuah sapaan pembukaan yang biasa disampaikan orang ketika bertemu atau bertelepon. Halo di sini adalah sebuah fenomena alam yang biasa terjadi karena hasil pembelokan cahaya Matahari oleh partikel uap air di atmosfer, sehingga menyebabkan sebuah cincin raksasa yang melingkupi benda langit yang bercahaya seperti matahari dan bulan. Proses ini sendiri sebenarnya sama dengan proses terjadinya pelangi pada siang atau sore hari setelah turunnya hujan, namun lengkungan pelangi sering terlihat di bagian bawah cakrawala karena partikel uap air atau kristal es yang membelokkan cahaya Matahari berkumpul di bagian bawah atmosfer. Di sisi lain, pada pagi atau sore hari Matahari pun masih berada pada sudut yang rendah. Fenomena ini biasanya terjadi selama 30 menit atau tergantung kecepatan angin pada saat itu sekitar pukul 12.00-1300. Selain itu, sama seperti pelangi, fenomena halo juga hanya bisa disaksikan pada musim hujan, sehingga kalau musim hujan berakhir, maka halo juga akan pensiun sementara.






Fenomena cuaca biasa ini menjadi luar biasa kalau kemudian ia dihubung-hubungkan dengan rasa takut masyarakat terhadap terjadinya bencana. Seperti yang terjadi di Yogyakarta. Kemunculan halo pada Selasa, 4 Januari 2011 pukul 11:15 WIB lalu langsung disambut sebagai pertanda akan terjadinya bencana. Masyarakat mengaitkannya dengan bencana gempa besar di Yogyakarta tahun 2006 lalu, pertandanya memang bukan halo Matahari melainkan awan Cirrus - awan yang berbentuk vertikal.
Sementara di Padang, Sumatera Barat, kejadian ini juga dianggap sebagai pertanda akan datangnya bencana. Pada hari Kamis 21 Oktober 2010, halo Matahari terlihat di atas Kota Padang, Sumatera Barat. Sebagian besar warga lalu mengaitkan fenomena ini dengan gempa besar. Sebagian warga cemas karena fenomena ini pernah terjadi sehari setelah gempa besar 30 September 2009. Dan memang empat hari kemudian terjadi gempa besar di Sumatera Barat yang tepatnya melanda Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, dengan kekuatan 7,2 skala Richter (SR). Gempa yang terjadi pada Senin tanggal 25 Oktober 2010 sekitar pukul 21:42 WIB dengan getaran selama 10 menit dirasakan warga Padang.

Halo Matahari juga kembali terlihat pada hari Rabu, 13 April 2011 kira-kira pukul 11:00 WIB. Orang-orang langsung heboh melihat ke langit dan berharap tidak akan terjadinya bencana besar lainnya di Sumatera Barat. Namun sekali lagi, walaupun benar terjadi bencana setelahnya, ini sama sekali bukan sebuah pembenaran bahwa fenomena cuaca biasa ini adalah sebuah pertanda bahwa memang akan terjadi bencana. Hallooo… Percayalah sekali lagi bukan, dan saya harap keimanan kita tidak menjadi berkurang karena percaya pada hal yang seperti itu..

Kecuali kalau anda termasuk ke dalam keluarga katak atau hewan lain yang memang memiliki kemampuan alamiah lebih peka terhadap bencana yang akan datang. Pastinya tidak kan…?


- Q -
14 April, 2011


Rabu, 13 April 2011

Cinta

Ketika Cinta datang, ia akan mencampakkan hati dan jiwamu
Dihapusnya segala waktu, tempat dan ruang dari dirimu.
Begitulah tanda-tanda kehadirannya.
Kau menjadi kafir sekaligus beriman pada saat bersamaan, dan bertempat tinggal di keduanya selama-lamanya.
Tamhidat, Ayn Al Qudat Hamadhani

Saya suka sekali dengan kutipan di atas, karena itu saya mengulangnya kembali dan menempatkannya dalam sebuah catatan. Dan untuk judul Cinta di atas, tidaklah perlu ditambahkan apa-apa karena ia adalah semua hal yang saling bertabrakan. Setiap orang tahu akan Cinta namun setiap orang juga adalah jiwa yang bodoh yang tidak dapat menjelaskannya dengan kata-kata paling tepat sekalipun.
Mohon maaf kalau catatan kali ini - mengutip teman saya yang punya ide berlebih, Elmo Raditya Anwar - sedikit sentimeter (maksudnya sentimentil), namun walaupun sentimeter, klise, mungkin berlebihan, memiliki banyak hal yang tidak relevan karena sebagian besar adalah rangkuman pendapat saya sendiri, harus diakui kalau Cinta adalah topik yang tidak pernah habis untuk dibincangkan.

Seperti yang saya katakan di atas, Cinta adalah hal yang saling bertabrakan juga saling membelakangi. Ia adalah rindu namun benci, ia adalah hitam yang takkan dikenal kalau tak ada putih dan sebaliknya, ia adalah diam namun memiliki riuhnya suara, ia adalah kesenangan yang meninggikan namun juga hunjaman sakit yang menghempaskan. Ia memiliki banyak bentuk namun memiliki bentuk satu yang tetap. Ia adalah anugerah Ilahi dan dengannya Tuhan menciptakan semesta dan kelak menghancurkanya kembali.

Cinta juga menjadi alasan untuk hal-hal yang dirasa tidak masuk akal. Pernahkan anda mendengar seseorang lelaki/perempuan yang membunuh pasangannya justru karena ia mencintainya dengan sangat. Atau melakukan hal-hal gila untuk membuktikan bahwa ia mencintai pasangannya.

Cinta juga penuh dengan kebodohan. Ada ungkapan yang mengatakan kalau cinta telah membuat kita kehilangan 80% akal sehat yang bisa jadi itu benar. Karena alasan Cinta seseorang tidak bisa lagi memilah mana rasa sayang atau kebodohan terpedaya.

Bahkan kalau Cinta dianggap sebagai sesuatu yang gaib, penuh misteri, maka saya juga setuju dengan itu. Cinta memilih siapa yang akan dirasukinya. Membiarkannya menyelam dalam kebahagiannya. Menyenangkan bagi mereka yang merasakannya, bergelora dan berbunga-bunga, just like a butterfly flies in you, menggelitik. Namun jangan lupa kalau ia juga dapat pergi melayang atau pudar, atau malah berusaha untuk dihilangkan dengan kesengajaan yang penuh siang dan malam namun sialnya masih saja menetap dalam pikiran. Ada pribadi yang dapat dengan ikhlas melepas cinta yang semula ia punya, ada yang sulit untuk melepaskannnya, ada yang mengetahui kalau cinta mereka tak akan mungkin bersatu atau malah ditolak, atau malah bertepuk sebelah tangan.

Jangan tanyakan sakitnya, duh tak terbayangkan…

Oh ya, katanya cinta juga buta. Ia memang memilih, namun ia memilih secara acak. Ia tidak memandang SARA, jenis kelamin, usia, harta dan lainnya. Semua sama di hadapannya.

Macam-macam cinta juga banyak, dan dengan pengetahuan saya yang pas-pasan saya mengelompokkannya sesuai dengan kemauan saya.
Ada Cinta phillia, Cinta yang menitik beratkan pada hubungan orang tua-anak, dan persahabatan.
Ada Cinta monyet yang bersifat sementara dan labil, sebentar ini sebentar itu. Putus-sambung dan berganti-ganti dengan seenaknya.
Ada pula Cinta palsu, yang penuh dengan kepura-puraan. Penuh dengan motif yang beragam seperti rasa iba, materi, atau keuntungan lain untuk memuluskan niat si pecinta termasuklah di dalamnya Cinta karet yang sana-sini lengket, maksudnya, kanan digaet, kiri juga ikut nempel. Tipe ini adalah tipe yang setia, di mana setiap tikungan ada, pengobral sejati.
Juga ada Cinta satu malam. Nah kalau ini sepertinya simbiosis mutualisme di mana satu dan yang lainnya saling menguntungkan, selama keduanya suka dan (mungkin juga sesuai) (ke-) sepakat (-an).

Bagaimana dengan Milyuner Hugh Heffner, pemilik multiperusahan peternakan kelinci-kelinci sexy, Playboy, yang berbeda usia 61 tahun dengan istri terbarunya, Cintanya ini termasuk ke dalam Cinta jenis mana ya???

Ada juga Cinta sejati, yang …. Entahlah saya tidak dapat mendefenisikannya.
Kalau kepada pasangan, katanya, kalau sudah benar cinta, maka ia dapat merasakan apa yang pasangannya rasakan walaupun ia menyangkalnya.

Mengenai Cinta sejati sendiri, bagi saya, saya percaya bahwa selain Tuhan dan ibu saya, ada orang-orang, yah paling tidak, seseorang di luar sana yang mencintai saya dengan tulus dan tanpa pamrih.

Lalu yang paling tinggi adalah Cinta Ilahiah, Cinta Allah kepada umatnya, tak berbatas dalam bentuk yang tak terhitung pada setiap detik yang berjalan. Subhanallah.


When you love someone, say it right away before it passes you by.

Saya lupa kutipan dari siapa kata-kata di atas, namun menerjemahkan kutipan tersebut, cinta sangat erat dengan momen yang tak akan terulang lagi. Katakan Cinta saat itu juga kalau kau memang mencintai seseorang sebelum momennya melewati dirimu dan pergi.

Aku mencintai keseluruhan dirimu, selalu...

- dan huruf C-pun beterbangan di udara –


- Q -
13 April 2011

Minggu, 10 April 2011

Saksi pada Matahari


Ia yang menengadah ketika matahari mulai redup dan hendak tidur
Tak lagi panas memang namun sebenarnya masih berkuasa membutakan mata
‘Mulailah dengan Hestia’
Kata yang terngiang di telinganya sejak ribuan tahun lalu kembali ada walau ia tak lagi punya iman itu.
Pada sekumpulan bocah yang berlari-bermain di pasir matanya menjejak
Bayangan mereka mulai menyatu gelap perlahan dan perlahan
Bola sinar di hadapannya masih ada,
Sedikit demi sedikit meredam dalam gelap

Ia mengangkat gelas anggurnya ke hadapannya
Mengucapkan selamat tidur pada matahari
‘Salutku padamu yang tetap setia pada bumi.’ Katanya
Ia sesapkan tetes terakhir lalu mencampakkan gelasnya pada karang.
Ombak menelan setiap pecahannya.


Kapal yang seharunya dinaiki telah berlabuh jauh
Untuk berbulan-bulan lagi
Pada diamnya ia berbicara tak jenuh
Bahwa matahari akan menemuinya lagi kembali esok pagi