Kamis, 14 April 2011

HALO MATAHARI: Sebuah pertanda??

Ini bukan sebuah sapaan pembukaan yang biasa disampaikan orang ketika bertemu atau bertelepon. Halo di sini adalah sebuah fenomena alam yang biasa terjadi karena hasil pembelokan cahaya Matahari oleh partikel uap air di atmosfer, sehingga menyebabkan sebuah cincin raksasa yang melingkupi benda langit yang bercahaya seperti matahari dan bulan. Proses ini sendiri sebenarnya sama dengan proses terjadinya pelangi pada siang atau sore hari setelah turunnya hujan, namun lengkungan pelangi sering terlihat di bagian bawah cakrawala karena partikel uap air atau kristal es yang membelokkan cahaya Matahari berkumpul di bagian bawah atmosfer. Di sisi lain, pada pagi atau sore hari Matahari pun masih berada pada sudut yang rendah. Fenomena ini biasanya terjadi selama 30 menit atau tergantung kecepatan angin pada saat itu sekitar pukul 12.00-1300. Selain itu, sama seperti pelangi, fenomena halo juga hanya bisa disaksikan pada musim hujan, sehingga kalau musim hujan berakhir, maka halo juga akan pensiun sementara.






Fenomena cuaca biasa ini menjadi luar biasa kalau kemudian ia dihubung-hubungkan dengan rasa takut masyarakat terhadap terjadinya bencana. Seperti yang terjadi di Yogyakarta. Kemunculan halo pada Selasa, 4 Januari 2011 pukul 11:15 WIB lalu langsung disambut sebagai pertanda akan terjadinya bencana. Masyarakat mengaitkannya dengan bencana gempa besar di Yogyakarta tahun 2006 lalu, pertandanya memang bukan halo Matahari melainkan awan Cirrus - awan yang berbentuk vertikal.
Sementara di Padang, Sumatera Barat, kejadian ini juga dianggap sebagai pertanda akan datangnya bencana. Pada hari Kamis 21 Oktober 2010, halo Matahari terlihat di atas Kota Padang, Sumatera Barat. Sebagian besar warga lalu mengaitkan fenomena ini dengan gempa besar. Sebagian warga cemas karena fenomena ini pernah terjadi sehari setelah gempa besar 30 September 2009. Dan memang empat hari kemudian terjadi gempa besar di Sumatera Barat yang tepatnya melanda Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, dengan kekuatan 7,2 skala Richter (SR). Gempa yang terjadi pada Senin tanggal 25 Oktober 2010 sekitar pukul 21:42 WIB dengan getaran selama 10 menit dirasakan warga Padang.

Halo Matahari juga kembali terlihat pada hari Rabu, 13 April 2011 kira-kira pukul 11:00 WIB. Orang-orang langsung heboh melihat ke langit dan berharap tidak akan terjadinya bencana besar lainnya di Sumatera Barat. Namun sekali lagi, walaupun benar terjadi bencana setelahnya, ini sama sekali bukan sebuah pembenaran bahwa fenomena cuaca biasa ini adalah sebuah pertanda bahwa memang akan terjadi bencana. Hallooo… Percayalah sekali lagi bukan, dan saya harap keimanan kita tidak menjadi berkurang karena percaya pada hal yang seperti itu..

Kecuali kalau anda termasuk ke dalam keluarga katak atau hewan lain yang memang memiliki kemampuan alamiah lebih peka terhadap bencana yang akan datang. Pastinya tidak kan…?


- Q -
14 April, 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar