Selasa, 26 April 2011

Sekilas tentang Makhluk yang Bernama Hujan

image is taken from google



Dalam satu riwayat Rasul Agung Muhammad Saw diceritakan,
Bahwa suatu waktu kota Madinah lama tidak tersiram hujan, yang membuat bumi merintih hingga kulit-kulitnya merekah, bahkan rumputpun telah lelah. Matahari menjadi berkuasa karena dapat memamerkan sinarnya dengan sempurna.
Semua kering.
Hingga pada suatu hari Jum’at ketika Rasulullah sedang berkotbah Jum’at, seketika berdirilah seorang Badui dan menyela, ‘Ya Rasulullah, telah rusak harta benda dan lapar segenap keluarga, doakanlah kepada Allah agar diturunkan hujan atas kita.’
Mendengar permintaan Badui tersebut, Rasulullah mengangkat kedua tangannya ke langit, ia berdo’a. Di hari yang terik bahkan awanpun enggan muncul itu, tiba-tiba datanglah awan-awan besar bergulung-gulung sebesar gunung. Bahkan sebelum Rasulullah Saw sempat turun dari mimbarnya, hujan telah turun dengan selebat-lebatnya, membuat dirinya sendiri kehujanan, bahkan air mengalir melalui jenggot Beliau. Hujan itu tidak berhenti sampai Jum’at yang berikutnya, sehingga kota Madinah mengalami banjir besar.
Maka datang kembali seorang Badui kepada Rasulullah Saw dan berkata: ‘Ya Rasulullah, sudah tenggelam rumah-rumah, karam segala harta benda. Berdo’alah kepada Allah agar hujan diberhentikan di atas kota Madinah ini, agar hujan dialihkan ke tempat yang lain yang masih kering.’
Rasulullah Saw kemudian menengadahkan kembali kedua tangannya ke langit dan berdo’a: Allahuma Hawaaliinaa Wa laa Alainaa (Ya Allah turunkanlah hujan di tempat-tempat yang ada di sekitar kami, jangan atas kami). Sewaktu berdo’a itu Rasulullah Saw menunjuk dengan telunjuk beliau kepada awan-awan yang di langit itu, seakan-akan Beliau memerintahkan daerah-daerah mana yang harus didatangi. Baru saja Rasulullah menunjuk begitu berhentilah hujan di atas kota Madinah.
(Sahih Bukhari, juz 8 no 115).


Proses hujan terjadi karena adanya penguapan molekul-molekul air yang terurai menjadi senyawa hidrogen dan oksigen (pada hujan asam senyawa tersebut berupa sulfur dan nitrogen bereaksi dengan oksigen). Dalam satu detik ada sekitar 16 juta ton molekul air yang menguap ke udara. Molekul-molekul air itu kemudian berkumpul dan membentuk awan di langit jauh di ketingggian minimum 1200 meter dpl, bahkan hingga ketinggian 10.000 meter di atas sana. Pada awan itulah kemudian terjadi proses kondensasi (pendinginan) yang membentuk kembali senyawa yang terurai tadi hingga titik jenuhnya dan melepaskan kembali molekul-molekul air itu untuk terjun bebas ke bumi dengan jalan yang tidak terburu-buru, kecepatan rata-rata mereka hanya 8-10 km/jam. Dalam satu detik jumlah air yang dicurahkan langit ke bumi sama dengan jumlah molekul air yang menguap per detik, 16 juta ton, yang menjadikannya sebuah siklus yang tetap terjadi sesuai takaran yang seimbang. Tidak semua air yang menguap lalu jatuh kembali ke bumi berbentuk hujan. Ada juga molekul air yang kembali menguap di udara kering. Hujan jenis ini disebut virga.
Titik hujan memiliki bentuk khusus yang meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih rendah. Bila atmosfer tidak memiliki sifat gesekan, bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan, bayangkan kalau setiap tetes berupa gelembung air besar yang turun dari langit. Walaupun begitu, satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut berefek sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari ketinggian 15 cm. Setiap tetes hujan yang jatuh sedikitnya mengalami 60.000 kali perubahan bentuk dari mulai ia pertama jatuh bebas hingga menjejak bumi. Jangan pernah membayangkan kalau bentuk tetesan hujan sama dengan bentuk tetes air mata atau air keran yang berupa bulat di bawah dan runcing di atas. Makhluk-makhluk kecil itu tidak berbentuk seperti itu, mereka jatuh dengan bentuk bulat bola atau elips dengan cekungan dibawahnya (tergantung besarnya ukuran tetesan tersebut).
- Pada diameter sekitar 1 mm, tetes hujan akan berbentuk bola karena molekul air cenderung tarik-menarik dan membentuk tegangan permukaan air. Tetes hujan yang jatuh ukuran ini mampu mempertahankan bentuk bulat bola karena gaya gesekan di udara kecil.
- Pada diameter sekitar 2 mm, bentuknya mulai dipengaruhi oleh hambatan angin sehingga bagian bawah dari bola tersebut menjadi sedikit merata.
- Pada diameter 3 mm akan berbentuk roti hamburger (bagian bawah rata dan bagian atas pipih), hal ini karena adanya interaksi antara tegangan permukaan air bagian bawah dengan gaya gesekan di udara.
- Pada diameter 4 mm, tetes hujan akan terlihat seperti akan terbelah dua.
- Pada diameter sekitar 4.5 mm, ketegangan air telah terpengaruh oleh hambatan angin yang membuatnya membentuk kanopi besar (hampir seperti parasut) lalu terbagi menjadi dua atau lebih tetes hujan kecil.


Tak ada yang bisa mencampakkan diriku kembali ke masa lalu sebaik yang dilakukan hujan
Setiap makhluk kecil yang dikawal seorang malaikat yang sanggup menggetarkan seluruh syaraf otakku untuk memanggil kenangan,
Meresonansi pada dalamnya kerinduan
Seperti cambuk yang melecut menyadarkan jiwa yang kehilangan serpihan.

Bahkan sebelum bulir pertamanya turun menjejak,
Tanah dan rerumputan sudah dengan sukarela menengadah dan merentangkan tangan mereka menyambut dengan mulut berdecak,
Bersiap mengeluarkan petrichor terbaik mereka,
menyempurnakan bau harum misterius menenangkan jiwa

- Q -

26 April 2011


image is taken from google




Sumber:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar