Minggu, 10 April 2011

Saksi pada Matahari


Ia yang menengadah ketika matahari mulai redup dan hendak tidur
Tak lagi panas memang namun sebenarnya masih berkuasa membutakan mata
‘Mulailah dengan Hestia’
Kata yang terngiang di telinganya sejak ribuan tahun lalu kembali ada walau ia tak lagi punya iman itu.
Pada sekumpulan bocah yang berlari-bermain di pasir matanya menjejak
Bayangan mereka mulai menyatu gelap perlahan dan perlahan
Bola sinar di hadapannya masih ada,
Sedikit demi sedikit meredam dalam gelap

Ia mengangkat gelas anggurnya ke hadapannya
Mengucapkan selamat tidur pada matahari
‘Salutku padamu yang tetap setia pada bumi.’ Katanya
Ia sesapkan tetes terakhir lalu mencampakkan gelasnya pada karang.
Ombak menelan setiap pecahannya.


Kapal yang seharunya dinaiki telah berlabuh jauh
Untuk berbulan-bulan lagi
Pada diamnya ia berbicara tak jenuh
Bahwa matahari akan menemuinya lagi kembali esok pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar