Bawah Paviliun

Pada Tamarind¹ tua

Seekor Pingki Kencana² menutup lengkap sayapnya

Sebagian bulu kuning di dadanya kuyup dan layu

Sebagian lain terserahkan pada dedaun padu

Namun kepalanya terus bergerak tak sabar untuk kembali terbang

Pun sinar matanya liar berpendar terang

Hujan masih doyan meninggalkan jejak-jejaknya di setiap sudut pagi

Walau matahari juga tak mau berdiam diri dan terus meninggi 

“Aku tahu ini masih November, tapi kini giliranku sobat, basahi lain negeri.”

Dalam awan dan angin hujan berpesan: “Sabarlah menanti, tugasku masih di sini.”

Matahari menaikkan sebelah alisnya meninggi

Dan hujan balas menyeringai pada telaga, tiap becek kubangan dan tampilan di perigi

Lelaki yang sama yang pernah mendatangimu di masa Byzantine dulu kini ada di hadapanku

Dengan astrolabon³ di satu tangan yang terus menerus menumpahkan bubuk bintang keemasan darinya

Dalam langkah santai ia berjalan mendatangiku

Yang masih terpaku

Senyap

Pergi sudah syahduku pagi ini

Entah kenapa jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya,

Seperti ada pantangan yang bakal terlanggar

Tabu yang melintasi garis merah yang terpatri terang

“Berjumpa lagi kita,

Kau tahu? Aku melompat dari satu awan dan petir ke yang lainnya

Dari satu waktu ke ruang yang berbeda.”

Dia meraih tanganku dan menarikku keluar dalam kubah genta besar yang kususun dalam pikiranku sendiri

“Kali ini apa?” tanyaku

“Tak ada apa-apa, hanya… ikutlah bersamaku.”

Ia hanya tersenyum dan mulai bernyanyi

~ …

dibawah rintik gerimis hujan
dari balik pohon Ek tua
seseorang berbisik penuh nafas cinta:
"lets dancing in the rain
lets playing in the rain
lets singing in the rain ~ ⁴

Mau tak mau aku tersenyum dan mengikutinya

Ke dalam hujan

Catt:

¹ Tamarind/ Tamarindus Indica = Pohon Asam, berasal dari tanah India

² Sejenis burung, berdada kuning emas (Inggris: goldfinch, Latin: pyrrhula p.

  coccinea)

³ astrolabon, asturlab, astrolabe = penunjuk waktu dan lokasi benda-benda astronomi

⁴ Thanks to Siwi Dwi Saputro

21 November 2011 - 12:39