Selasa, 01 November 2011

Hujan



Sedari sore tadi malaikat hujan telah bekerja
Menuang benih rinai di atas kota.
Memanggil liung untuk bersendawa
Bahkan mendung masih bersisa

Sesekali tangannya merentang
Menyerak bulu-bulu halus sayapnya
membiar terbang di udara
Meliuk...
Memicu petir dan gemuruh begitu menyentuh awan
Panjang bersahutan

Pada liung ia berbisik,
mengingatkan
Bahwa setiap bulir telah terpetakan
Tertentu tugas apa dan bagaimana nantinya
Liung dan trilyunan malaikat kecil lainnya memandu
Mengawal pada tiap jatuh yang padu
Pada tanah, pada atap, pada rumputan dan perdu,

Membiar Petrichor mengelinjang riang

Saat hujan
Ada yang terbebaskan
Seperti satu mantra suci yang tergumam serentak
mengajak kenangan membanjiri otak

Seorang perempuan menatap di balik jendela
menggenggam rindu
Pada lelaki yang dulu pernah mengangkat tinggi hatinya
sampai kemudian membanting hingga berkeping

Seorang lelaki berteduh di sana
menatap pemandangan kabur di hadapannya
memanggil memori saat ia masih bertelanjang diri
berlari ke sana kemari

Aku sendiri...
menjangkau ke depan
membiar rintik membasah jari
'Saat hujan, jangan mengangkat tumitmu terlalu tinggi kalau berjalan,
kecipaknya mengangkat lumpur hingga ke punggung.'
Kata-kata Ibu dulu masih terngiang bahkan sampai sekarang.

Karena hujan menaklukkan
Ia jago menawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar