Kamis, 03 November 2011

Pengakuan Bangku Taman

Aku ingat ketika kalian berdua tidur bersama
Di sisiku, di antara bentangan rumput dan angkasa
Melewati malam hingga jatuh di penghujungnya
Sepasang kekasih yang sengaja menunggu Bintang Utara

Dan akhirnya tibalah
Kejora itu tertatah
Terang di atas lanskap
Malam telah genap

Dia, lelaki
mengelus lembut rambut kekasihnya,
Pelan, seakan tak ingin membangunkannya (Dia sendiri sebenarnya masih ingin melihat kekasihnya pulas), tapi dia harus.

Ia, perempuan
terbangun dari pulasnya (baginya itu adalah tidur terindah yang pernah terasa olehnya), bukan karena sentuhan sebenarnya.
Nafas hangat dan bau tubuh Dia telah menstimulan jam biologisnya.

'Kau lihatlah ke atas,
Bintang Utaramu telah muncul.' kata Dia
Ia menatap jauh ke atas

~ dan kebun anggur menawarkan aromanya sendiri di ujung malam itu ~

Kau tahu...
Bintang Utara adalah jatuhan mata,
Para pelaut dan pengembara gurun adalah kekasihnya
Mereka butuh panduannya.

Ia tersenyum,

~ angin masih menebar bau kebun anggur dari belakang sana ~

Kau tahu...
Sebenarnya kaulah Bintang Utaraku
Aku tak butuh yang lain lagi

~ lalu siluet memudar dalam malam ~

Kini...
Kebun anggur telah sunyi
gerus tak terurus

Tak ada sang lelaki
Tak ada sang perempuan
Hanya lanskap sunyi
Dan Bintang Utara di kejauhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar