Rabu, 14 Juli 2010

Cake yang sangat serius sekali

Rizky Q.

KLENGKENG ORANGE

Bahan:

1 kaleng klengkeng

50 ml sirup orange

50 ml simple sirup

500 ml sprite

1 buah lemon dipotong tipis untuk hiasan

Es batu secukupnya di haluskan

Cara membuat:

Blender sirup orange, simple sirup, sebagian buah klengkeng yang da dalam kaleng dan es batu hingga tercampur rata.

Tuang dalam wadah, masukkan sisa buah klengkeng dan potongan lemon, hidangkan.

Sudah dua minggu ini Ray mengikuti kursus memasak. Hal ini dilakukannya atas anjuran pacarnya dan kakaknya lelakinya. Awal mula ia mendengar saran ini tentu saja membuatnya senewen dan…

Gila apa! Masak ikut kursus memasak!

Yap bisa dimaklumi. Ray memegang dua ban hitam dari olahraga Kendo dan Tae Kwon Do. Sangat maskulin. Hal yang seharusnya membuat emosi dan pengendalian dirinya lebih baik, tetapi ternyata hal itu tidak berhasil baginya. Entah mengapa. Karena emosionalnya yang tinggi itulah ia ditampar oleh Fay, pacarnya dan ditinggalkan.

Mereka putus.

‘Jangan pernah menemui aku dengan semua kemarahanmu. Kuharap kau bisa menemukan perempuan lain kalau kau sudah selesai dengan semua emosimu.’ Fay pergi begitu, tapi kemudian ia berbalik

‘Kau tahu, mungkin memasak bisa mengurangi semua itu.’ Lalu ia pergi. Benar-benar pergi dari kehidupan Ray. Dan Ray memang tidak pernah mendengar kabar dari Fay lagi

Atas saran abang iparnya pula ia mengikuti kursus memasak.

‘Fay benar. Ketika memasak kau seperti menemukan ketenangan di dalamnya. semua perasaan yang kau tekan di dalam hati dapat dikeluarkan dan diredakan dengan sabar.’

Ray tak mau membantah. Tomo, abang iparnya, adalah seorang senior koki di sebuah restoran dan hotel bintang lima. Karena keahlian dan kreativitasnya bukan tidak mungkin ia akan menjadi seorang chef.

Ia memutuskan pergi ke course center. Sebuah gedung dengan fasilitas berbagai kursus dan pelatihan di dalamnya. Memasak di satu lantai. Musikal dan menyanyi d lantai lain. Atau pelatihan bakat dan yoga di lantai berikutnya.

Setelah menimbang selama satu minggu akhirnya ia menerima kursus yang akan diikuti selama tiga bulan ke depan. Hari-hariku akan sdangat pada sekali.

Sebagai pegawai kantoran biasa di siang hari, ia juga memiliki jadwal beladiri empat kali seminggu. Dan sekarang ditambah kursus memasak dua kali seminggu yang untungnya jadwal beladiri dan memasaknya dilakukan di waktu malam dan bisa diatur.

Capeeek! Tapi mengapa Fay masih menganggap aku emosional?

* * *

Ini adalah hari pertama dimana Ray memasuki kelas memasaknya, dan agenda pertama adalah…

‘Hari ini kita akan memasak steak lada hitam saus asparagus. Ayo semuanya lihat kemari dan perhatikan cara memasaknya.’ Senior Cook yang akan mengajarkan mereka adalah Timo. Cook yang berbadan gemuk berkumis tipis dengan tingkah sedikit kemayu. Ray benar-benar membuat berantakan. Drill yang digunakan untuk memasak tiba-tiba berasap hingga mengeluarkan api karena kecerobohannya. Steak miliknya dan milik anggota lain juga ikut menjadi korban. Semua yang ada kewalahan. Hal itu tak juga membuat Ray merasa bersalah, ia malah menyalahkan peralatan mask tersebut dan mengejek Timo sebagai trainer yang tak becus. Hasilnya, Timo mengeluarkan dirinya dari keanggotaan.

‘Perbuatanmu itu kayak anak kecil aja.’

Bukan pembelaan yang didapat dari Tomo, kakak iparnya. Ia malah menyuruh Ray untuk meminta maaf pada semuanya dan kembali lagi ke kursus tersebut. Berjuang untuk dirinya sendiri.

‘Kenapa bukan mas saja sih yang mengajari aku memasak?’

‘Aku gak sanggup.’ Lalu ia pergi begitu saja. Ray semakin jengkel.

Tapi dua hari setelah itu ia memutuskan memberanikan dirinya untuk kembali pada kursus tersebut. Ray menemui Timo di kantornya dan meminta maaf padanya walau itu terasa sangat berat dilakukan. Ray mengaku bahwa ia sedang dalam masa sulit dan susah untuk mengontrol emosinya. Dan ia berharap mendapat kesempatan sekali lagi dengan harapan Timo mau menerimanya kembali. Dan Timo terharu, ia dapat menerima Timo kembali dengan syarat peserta yang lain tidak keberatan dengan kehadirannya kembali. Karena itu ia juga harus menyampaikan penyesalannya pada semua peserta. Dan tentu saja ia mendapat sorakan ketika melangkah masuk ke kelas.

‘Wuuuuuu…’

Timo mendekat pada Chef Andre dan berbisik, kemudian…

‘Selamat siang semuanya, … begini, eeeh. Saya tahu saya membuat kesalahan, dan bla bla bla…’

Ray menyampaikan argument dan penyesalannya. Ia merngaku bersalah, meminta maaf pada semua dan berharap dapat kembali lagi belajar di kelas memasak tersebut.

Beberapa orang mencibir dan berbisik. Yang lain tak menunjukkan reaksi apa-apa atau terlihat menerima.

‘Ooh, ayolah semuanya. Kita dapat memberikan maaf pad Ray. Ia memang membuat kesalahan tetapi, ia telah mengaku bersalah dan menyesal. Dan ia juga berjanji tidak melakukan perbuatan yang merugikan semua lagi. Benar kan Ray?

Timo melihat padanya. Ray hanya mengangguk pelan.

‘Saya rasa ia berhak mendapat kesempatan sekali lagi. Bagaimana?’

Semua diam. Tak ada yang bersuara.

‘Berarti saya anggap semua menerima. Oh senangnya. Ini pasti akan jadi hari yang indah.’ Timo girang dengan reaksinya sendiri, hingga ia mencium pipi Ray yang belum siap dengan hal itu dan pergi setelah menyampaikan salam pada semua peserta. Ray hanya terbengong dan kelas dilanjutkan kembali.

* * *

Ini sudah memasuki pertemuan yang ke sepuluh di kelas memasak. Dan Ray sudah memiliki tambahan kemampuan memasak dan perkembangan emosi ke arah yang baik. Hingga waktunya selesai kursus ia berpapasan dengan seseorang yang menarik perhatiannya. Seorang gadis manis yang terlihat kerepotan dengan semua bawaan di tangannya yang penuh hingga ia tidak bisa membuka pintu kelas yoga yang dimasukinya, satu lantai di bawah kelas memasak Ray.

‘Ow, sini saya bantu.’

Gadis itu menatapnya dan tersenyum,

‘Terima kasih.’

‘Sama-sama.’

Kenapa aku baru tahu ada yang cantik di sini ya?

Sejak itu Ray selalu memperhatikan jadwal yoga gadis tersebut dan bertanya pada pengurusnya siapa gadis yang dimaksud. Dan ia bernama Rhea. Hanya itu, selanjutnya Rhea hilang diingatannya.

Malam itu selepas kursus Ray menuju ke tempat parkir di basement gedung untuk mengambil mobilnya, tetapi. Di sana ia melihat Rhea, dengan seorang lelaki, bertengkar. Ray hanya mendengar sekilas dan mengira Rhea sedang bersama dengan pacarnya dan mereka sedang ada masalah, dan itu bukan urusannya. Tapi Ray tidak bisa membiarkan ketika lelaki itu mendaratkan tangnnya di pipi Rhea. Ray langsung menuju mereka dan

Plak! Satu tinju telak mampir di pipi lelaki itu. Rhea dan pacarnyaterkejut dengan kedatangan Ray yang tiba-tiba. Tapi Rhea langsung menangis.

‘Anjing! Apa urusanmu…?’

‘Urusanku kalau kau menampar seorang wanita!’

‘Apa hubungannya denganmu. atau Rhea, ini…?’ bangsat! Ia mencoba menyerang tapi kemudia Rhea menengahi. Dan menarik lelaki itu ke dalam mobil. Bukan.

‘Dia bukan siapa-siapa. Aku tak tahu siapa dia. Mari kita pergi.’

Lelaki itu mencoba menolak tapi Rhea terus memaksanya. Bila lelaki itu mendekat, Ray sudah siap menyarangkan satu kakinya ke perut atau dada lelaki itu. tapi urung. Mereka akhirnya pergi dengan lelaki yang masih marah-marah pada Rhea.

* * *

Tiga hari kemudian, ketika Ray kembali masuk kursus. Ia berniat untuk menjumpai Rhea selepas kelas yoga dan meminta maaf atas apa yang terjadi. Tapi tetap ia berkeyakinan tidak dapat membiarkan Rhea diperlakuan seperti itu oleh lelaki. Itu mengingatkannya pada dirinya sendiri yang sulit mengontrol dirinya. Namun ia tidak pernah melayangkan tangannya pada perempuan, belum pernah. Ray tetap menunggu hingga kelas selesai karena kelas memasaknya sendiri sudah selesai dari tadi Rhea tidak ada. Salah seorang temannya mengatakan ia tidak masuk hari itu.

* * *

Sebentar lagi pesanan makan siangnya datang, itu kata pelayan yang dimintai menu oleh Ray. Tapi mengapa belum datang juga?

Sialan! Tapi tunggu. Memasak memang butuh kesabaran.

Ia berusaha memposisikan dirinya pada para cook yang ada d restoran itu. begitu banyak pesanan dalam waktu yang singkat. kau sendiri sudah merasakan bagaimana repotnya memask kan Ray. Mengingat itu, ia menjadi lebih sabar kini.

Seseorang di meja depan menarik perhatiannya, seorang gadis yang sepertinya ia kenal. Rhea dengan kacamata hitam besarnya. Begitu ia melepas kaca mata itu. Ray dapat melihat lengkungan hitam dan sedikit memar pada pelipis kanannya.

Oh My God!

‘Maaf. Masih ingat aku?’

‘Oh, Shit! Kamu lagi. Tinggalkan aku.’

‘Tunggu. Aku mau minta maaf atas kejadian malam itu. tapi aku benar tidak bisa melihatnya menyakiti seorang perempuan.’

‘itu urusanku dengannya.’ Rhea sudah mengambil gerakan berdiri untuk meninggalkan mejanya. Tapi Ray mencegahnya.

‘Tunggu. Aku tahu itu urusanmu, tapi aku … seperti yang kubilang kau tidak bisa melihatnya menampar seorang wanita. Maafkan aku.’

Rhea duduk kembali.

‘Bagaimana kalau kita makan siang bersama. Aku traktir.’

Rhea hanya diam saja. Tapi Ray terus memaksa hingga ia menuruti kehendak lelaki di depannya.

‘Kita belum kenalan, Ray.’ Ray mengulurkan tangannya.

‘Rhea.’ Rhea menyebut namanya dengan malas tanpa mengulurkan tangannya.

‘Kamu sudah pesan? Atau aku yang pesankan ya.’ sekalian karena pesanannya juga belum datang dari tadi.

‘Gak usah aku bisa pesan sendiri.’ Rhea mengambil menu yang diangsurkan oleh pelayan perempuan tersebut.

‘Gado-gado, fettucini lada hitam, dengan garlic bread-nya, dan aku minum lemon tea. Terimakasih.’

Ray melongo. Gila! Dia bisa makan semua itu. matanya masih menatap pada Rhea.

‘Kenapa? Makanku memang banyak. Trus kenapa? Kamu yang traktir kan?’ Rhea menanggapi dengan ketus dan cuek.

‘Iya tenang aja. Kamu makannya banyak ya?’

‘Kamu harusnya lihat saat aku makan malam.’

Ray tidak mau tahu bagaimana menu makan malam gadis di hadapannya. Ampun.

‘Maaf, mas menunya apa?’ Tanya si pelayan.

‘Eh, saya tadi dari meja 14, tapi pindah kesini. Saya sudah pesan tapi belum datang juga pesanannya.’

‘Ow, baiklah, saya cek ke dapur ya mas.’

‘terima kasih.’ Lalu ia berlalu.

‘Yang kemarin itu suami kamu?’ ray memberanikan diri untuk bertanya

‘Bukan. Belum.’

‘Oh. Pacar.’ Rhea diam saja. Bangsat. Masih pacar saja sudah berani mukul.

‘Sudah dikompres lebamnya?’ Rhea masih diam. Tapi tatapannya seakan tidak setuju dengan pertanyaan Ray yang serasa mengusik.

‘Aku sudah mencoba untuk minta maaf sama kamu waktu di tempat yoga, tapi kamu tidak datang.’

‘iya. Gak papa kok!’ masih ketus.

‘Tapi kamu makannya banyak, kok tetap langsing ya?’

‘Mungkin dari sananya, atau keajaiabn dari ikut yoga.’

Ray tertawa. Sedikit garing tapi tak apalah.

‘Kamu sendiri ikut kelas apa?’ Rhea bertanya.

‘Eh, memasak.’

Meledaklah tawa Rhea. Hahaha.

‘Kamu?’

‘Mengapa?’

‘Kelihatannya kamu cowok perkasa, macho gitu.’

‘Hey, aku memang seperti itu. aku punya dua ban hitam dari karate dan tae kwon do.’

‘Ow, pantes.’ Apanya yang pantes?? Ray penasaran.

‘Trus kenapa ikut kelas masak?’

‘Biar gak emosian. Aku orangnya emosian. Katanya kalau memasak bisa menurunkan tingkat emosi.’

‘Hasilnya?’

‘Lumayan tuh.’

‘Haha,’ Rhea tertawa renyah. Dan Ray semakin menyukainya. Manis sekali.

Pesanan mereka datang. Pelayannya mengaku kalau ada kealpaan dalam mengantarkan pesanan Ray. Sisi baiknya, mereka berdua bisa makan secara bareng sekarang. Tapi tentu saja Rhea belum selesai ketika Ray telah selesai. Ia malah asik mengambil Fettucini dengan garpunya dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Sedikit saus tomat menempel di pinggir bibirnya. Ray merasa itu sangat seksi.

Hingga tiba akhirnya mereka berpisah untuk kembali ke tempat kerja masing-masing.

‘Terima kasih atas makan siangnya.’

‘Sama-sama. Eh kamu akan datang lagi ke kelas kan?’

Rhea mengangguk sambil tersenyum. Ray merasa hari ini sangat menyenangkan karena ia bisa berkenalan dengan Rhea dan tak ada kebekuan lagi di antara mereka.

* * *

Ray bangga sekarang ia sudah bisa memasakkan beberapa makanan di rumah. Untuk Mama, atau kakaknya. Dan kini iamenjadi tahu kalau memasak itu memang butuh kesabaran dan menjadikannya tidak meledak-ledak agi. Dan ia juga lebih sabar dalam menungg

Hari ini adalah hari kelas dimana ia dan Rhea dapat bertemu kembali. Ray tidak sabar ingin menyelesaikan kelas dimana Timo mengantarkan menu yang harus dipelajari hari ini. Rendang modifikasi.

‘Ingat ya, dagingnya harus empuk hingga bumbunya dapat meresap.’ Sekilas ray seperti melihat Timo melirik padanya dengan kerlingan nakal. Benar gak ya. Sepanjang kelas Ray hanya tertunduk tak mau berhadapan dengan mata Timo. Oh my God… selesaikanlah kelas ini segera.

Selepas kelas ray segera meluncur ke depan kelas Rhea. Mungkin aku bisa mengantarnya pulang, mungkin. Tapi ia tidak melihat Rhea di sana. Kelasnya sudah kosong.

‘Sudah selesai dari tadi mas.’ Pupuslah harapan ray, tapi tidak. Rhea masih di sana. Ia baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan semua keringat.

‘Hei.’

‘Hei.’ Rhea terkejut karena Ray sudah ada di sana menungggunya.

‘Kau antar ya?’

‘Kamu sudah selesai?’

‘Dari tadi.’

‘Ooh..’

‘Jadi..?’

‘Boleh.’

Lalu mereka turun bersama.

Mungkin kita bisa makan malam bersama, trus aku bisa ke rumah kamu terus, kita

Pikiran Ray masih berputar-putar sendiri dalam kepalanya. Hingga mereka tiba di basement hendak masuk ke dalam mobil Ray.

‘Rhea!’ seseorang memanggil, Rhea menoleh. Indra. Pacarnya

‘Apa-apan kamu. Ikut dengan lelaki itu.’

‘Hey, maaf, aku Cuma mau mengantarnya pulang.’

‘Kamu lagi. Memang kamu niat ya ngambil pacar orang lain,’

‘Bukan begitu mas, … aku…’

Rhea menengahi menuju ke arah Indra.

‘Nra, dia cuma mau me…’

Plak! Sebuah tamparan mendarat ke pipi kanan Rhea.

Rhea terkejut. Ia menampar lelaki itu kembali,

Plak! Tapi plak! Rhea ditampar kembali, ada sedikit darah di ujung bibirnya. Kali ini tangannya di tarik paksa untuk masuk ke mobil. Rhea melawan tidak mau ikut. Tapi Indra tetap memaksa. Ray tidak bisa melihat hal seperti itu. ia maju hendak melepaskan Rhea dari cengkeraman Indra.

‘Hei.’

‘Ray!’ Rhea berteriak padanya seakan butuh pertolongan. Seorang petugas keamanan mendekat.

“Hei lepaskan Rhea.’ Begitu ia mendekat ternyata, Indra melepaskan tangannya dari Rhea dan berbalik pada Ray. Ia memukul Ray tepat mukanya. Ray mundur.

‘Kau rasakan itu hah! Itu untuk orang yang selalu ingin ikut campur urusan orang lain.’

‘Kamu lepaskan dia.’

‘Atau apa hah!’ Indra mencoba memukul Ray kembali tapi Ray lebih dari siap kini. Ia mengelak dan menghajar Ray dengan apa yang sudah dikuasainya. Buk! buk!

Pukulan-pukulan Ray masuk dan Buk! Satu tendangan menyarang tepat di perut Indra. Indra tersungkur. Rhea berlari ke belakang Ray. Petugas keamanan yang sedari tadi hanya melihat saja kini mendekat pada Indra.

‘Kita Putus Nra. Kita putus! Biarkan saja dia di situ pak.’ Kata Rhea sambil menahan sakit pada bibirnya. Ray kemudian mengajak ke mobilnya. Mereka meninggalkan Indra yang masih tersungkur di bawah mobilnya. Dan Rhea menangis lepas setelah di dalam mobil.

* * *

Ini hari minggu yang tenang dan cerah. Di dapur di rumah keluarga besarnya, Ray terlihat sibuk mengulen adonan untuk cake yang akan dibuatnya.

‘Kelihatannya enak. Nanti kamu bagi mama ya.’

‘Iya ma. Udah deh, mama duduk aja di sana.’

‘Apa namanya? Pake blueberry segala.’

‘Gak tau. Ntar mama aja yang kasih nama.’

‘Ah gak mau. Kamu aja.’ Lalu mama pergi ke ruang depan, Ray meanjutkan pekerejaannya. Sepasang tangan menghampiri tangannya dalam mangkuk adonan.

‘Aku saja.’

Rhea mengambil mangkuk adonan Ray dan mulai sibuk dengan adonan itu. Ada bekas tepung di pipinya dan sedikit poninya. Ray membiarkan Rhea mengambil alih itu semua.

‘Kamu aja yang kasih nama ya.’ Lalu ia memeluk pinggang Rhea dan mencium pipinya. Rhea hanya tersenyum

* * *

Green Tea Cake with Blueberry Jam

Bahan:

200 gr putih telur

160 gr gula pasir

250 gr kuning telur

100 gr tepung terigu

40 gr green tea bubuk

100 gr mentega, cairkan

Red Bean Paste

Bahan:

1000 gr fresh cream

400 gr kacang merah kalengan, haluskan

Cara membuat Red Bean Paste:

Kocok fresh cream sampai mengembang, tambahkan kacang merah halus. Aduk rata dengan spatula, sisihkan.

Cara membuat:

Kocok putih telur dan gula sampai putih dan mengembang. Tambahkan kuning telur, aduk perlahan sampai rata. Masukkan tepung terigu dan green tea bubuk, aduk rata. Tambahkan mentega cair, aduk perlahan hingga rata, tuang dalam cetakan berukuran 40 x 60 x 1 cm yang sudah diolesi dengan mentega dan ditaburi tepung terigu.

Panggang dalam oven bertemperatur kurang lebih 220˚C selama kurang lebih 20 menit.

Angkat dan dinginkan. Belah cake menjadi 3 bagian. Tumpuk dan susun rapi bersama krim Red Bean Paste secara berselang-seling. Potong-potong,

Tuang blueberry jam di atasnya, sajikan.

Blueberry Jam

Bahan:

½ kg buah blueberry

400 gr gula pasir

200 cc air

Garam, CMC (pengental), dan pewarna secukupnya

Cara membuat Blueberry Jam:

Setelah blueberry dibersihkan, blender kasar agar tekstur buah asli masih terlihat. Lalu masak bersama gula, air dan garam sedikit hingga mendidih dan biarkan mengental

Jika suka, masukkan pengental biru sedikit saja jika suka, hal ini dimaksudkan agar blueberry jam tidak terlalu kental hingga mudah digunakan sebagai penyiram. Aduk rata lalu angkat.

Mei 2008

Revisi Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar