Rabu, 14 Juli 2010

Siren/’saΙərən/

‘Mengejutkan!, Incredibly Shocking!, Penemuan Heboh dan Mengagumkan., It’s Alive!!, Amazing!!. SHOCKING!, Rekayasa atau Tidak?. Tanda-tanda Dari-Nya Sudah terlihat, What exactly iz ‘dat??,’ Dan …!! Lainnya.

Headline pada media-media cetak berbahasa lokal dan asing memenuhi wajah negeri itu. Berita yang dipicu atas tertangkapnya seekor (atau seorang?) siren atau makhluk yang selama ini dikenal dengan nama awam Putri Duyung. Sepertinya tidak ada media yang mengupas berita tentang mekhluk itu. Gambar-gambarnya memenuhi setiap halaman pertama setiap media dengan berbagai pose yang diambil; pingsan, mengapung dalam air, berenang, atau menyelam atau menatap kamera yang diarahkan padanya.

Awal penemuan itu terjadi pada saat Prof. Hakka, seorang ahli Kelautan, sedang melintas di samudera Atlantik minggu lalu untuk melakukan riset terbarunya. Ketika ia dan timnya sedang melewati sebuah atoll untuk meneliti spesies apa saja yang terdapat di sana. Matanya lalu melihat makhluk mengagumkan yang selama ini hanya dikenal dalam mitologi itu. Seekor siren.

Siren yang sedang tertidur itu pada seonggok karang terjal yang tersembunyi tak menyadari kedatangan Prof. Hakka dan timnya yang telah berada di dekatnya. Ia berlaku tak waaspada sehingga melewatkan setiap pasang mata yang telah mengagumi bentuk tubuhnya beberapa saat. Siren itu terlihat begitu murni, begitu tak berdaya. Prof. Hakka lalau memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan senapan bius mereka ke arahnya untuk mencegah siren melarikan diri. Siren yang tertembak lalu tak dapat berbuat apa-apa. Ia lalau dibawa olrh Haka dan timnya ke laboratorium risetnya untuk diteliti. Penemuannya kali ini lebih berharga dari spesies manapun yang akan diteliti.

Makhluk cantik misterius itu yang bernama siren itu berwujud setengah wanita dan setengah ikan. Ia terlihat sangat lelah. Rambutnya panjang berwarna emas yang terurai bergelombang bak mayang, menutup sebagian dadanya yang megah dan telanjang. Sosoknya dari pinggang ke bawah ditutupi bagian yang berbentuk ekor ikan, lengkap dengan sisik mengkilap berwarna-warni bila ditimpa sinar. Dan jari-jari tangan yang dimilikinya memiliki semacam selaput seperti halnya sirip yang dimiliki ikan atau kaki katak untuk membantunya berenang dengan baik.

Prof. Hakka lalu menempatkan makhluk itu dalam aquarium. Aquarium yang berukuran 10 x10 meter yang dibuat khusus untuk siren dan dilengkapi dengan beragam vegetasi laut lainnya. Aquarium itu berada dalam satu ruangan di laboratorium kelautannya yang canggih di tepi pantai. Semua demi penelitian dan kelangsungan hidup siren.

Teman-teman sejawat Prof. Hakka datang dari berbagai penjuru dunia untuk turut meneliti. Prof. Santiago, teman Hakka dari Institut Kelautan ternama di Amerika, terlihat sangat mengagumi siren.

‘benar-benar makhluk yang mengagumkan. Apakh mungkin masih ada lagi yang seperti dia?’

‘Sudah diperiksa berapa usianya, Hakka?’ Tanya seorang peneliti dari Jepang

‘Sudah, tapi masih menunggu hasil yang pasti.’

What about the DNA? Did you find the spesific gen that connect her to the gen of fish? Or still wait for the result? Tanya Sanders peneliti yang lain.

‘Ehm.’

‘Tenang saja, kalian semua akan kuikutsertakan dalam penelitian atasnya.’

Sirenica Sirenenixiss Atlantica, nama itu ditetapkan sebagai nama yang dipakai untuk pengklasifikasian spesiesnya.

‘Jenis yang ajaib, seperti dalam cerita mitos saja.’

‘jenis yang sangat langka.’ Rashan ikut bicara, seorang ahli dari Perancis kelahiran Turki.

‘Sangat, sangat, sangat langka.’ Kata peneliti yang lain dari Brazil.

‘Dan mungkin hanya tinggal ia sendir.’ Hakka mengira-ngira.

‘Yeahh, just like phœnix. Phœnix bird.’

Berbagai literature mengenai hewan dan makhluk-makhluk mitos dipaparkan, karena siren terkait dengan bentuknya yang selama ini hanya dijumpai dalam mitologi. Maka penelitian yang dilakukan juga melibatkan pakar mitologi dunia. Teori-teori evolusi spesies ikan dilihat untuk mengetahui asal-muasal bagaimana ia mendapat bentuk tubuhnya yang aneh. Semua saga dalam mitologi Yunani, Romawi, mesie, Funisia, bahkan China dibuka dan diteliti untuk melihat kisah-kisah yang memuat tentang dirinya.

Dlam mitologi Yunani diceritakan bahwa siren termasuk dalam keturunan putrid para dewa lau, seperti Poseidon, Nereus, atau Triton. Pada cerita si pahlawan Odysseus dikisahkan bahwa para siren penyihir menempati sebuah pulau di tengah lautan dan menggoda para pelaut yang lewat. Mereka menyanyikan mendekati mantera-mantera sihir dan memanggil-manggil para pelaut agar mendekat dan bercumbu dengan mereka. Setelah itu para siren akan menyerang dan memakan mereka hidup-hidup. Tapi si pahlawan Odysseus beruntung dapat menguindari mereka karena ia tahu akan dipanggil oleh mereka, maka ia lalu memerintahkan anak kapalnya untuk megikatnya di tiang layar dan menutup telinga mereka masing-masing dengan tetesan lilin sehingga mereka tidak mendengar apapun.

‘Heh, what a story.’ kata peneliti dari Jepang tersebut.

‘Ya, dalam mitos lain juga di sebutkan kalau ia berlaku seperti werewolf ynag berubah wujud ketika bulan purnama tiba. Tapi bedanya, saat itu terjadi, ia berubah menjadi wujud manusia utuh.’ Seorang pakar mitologi menambahkan.

‘Dia itu sangat tidak berdaya, seperti halnya ikan. takkan mungkin dapat melakukan hal-hal seperti kanibalisme.’

‘Pasti lebih cantik lagi., ha ha.’

Siren hanya melihat ke arah para peneliti dan ahli yang memandanginya tersebut, seakan tahu apa yang mereka maksud.

* * *

Untuk kepentingan publik ditetapkan bahwa para pengunjung dapat melihat temuannya itu hanya satu hari dalam seminggu, dalam setiap kunjungan, siren hanya berputar-putar dalam ‘rumahnya’. Tapi ia bisu, ia hanya balas menatap orang-orang dengan pandangan heran dan… kosong.

Para wanita menatapnya dengan pandangan kagum kan kecantikannya. Sedangkan para pria lebih fokus pada tubuhnya yang liat telanjang dan berenang liar kesana kemari.

* * *

Pukul 19.00 malam itu sepuluh peneliti dan beberapa orang asisten yang ada berkumpul utuk melakukan penelitian lebih lanjut. Sebagian memutuskan untuk masuk ke dalam aquarium dengan maksud membiusnya dan membawanya ke luar aquarium, tentu saja untuk penelitian ebih lanjut lagi. Prof. Hakka, Rashan, dan dua orang asisten masuk ke aquarium siap dengan baju atak mereka dan senjata bius. Sementara yang lainnya menunggu di balik aquarium. Siren terlihat gugup sesaat tetapi kemudian dia tenang bahkan menampilkan seulas senyum yang menawan di bibirnya. Hakka dan yang lainnya mendekat, dan siap dengan bius mereka, kemudian…

* * *

Alarm lab. berbunyi nyaring membuat orang-orang berdatangan. Beberapa penjaga sibuk mondar-mandir dan berteriak ke sana-kemari. Darah terlihat menodai tubuh dan pakaian mereka. Senjata mereka teracung ke atas. Dan semua terlihat panik. Tak berapa lama polisipun berkumpul untuk menyelidiki apa yang terjadi. Institut Kelautan itu ditutup dengan garis polisis yang mengelilingi area. Setiap orang yang tidak berkepentingan dilarang untuk memasuki. Di dalam laboratorium keadaan sangat berantakan. Tabung-tabung percobaan pecah berserakan, meja, kursi, mikroskop, dan pecahan kaca memenuhi lantai. Semua barang sepertinya terlihat tak ada yang utuh dan air menggenangi di mana-mana. Senjata-senjata bius ditemukan patah di lantai dan dasar aquarium di mana siren di tempatkan. Sementara air di dalamnya tercampur sempurna dengan merahnya darah dengan potongan-potongan tubuh dan kepala yang terapung dan tenggelam. Para peneliti lain yang berada di luar aquarium terlihat mati mengenaskan dengan baju yang koyak dan potongan tubuh tak utuh yang berserakan. Tak ada satupun dari mereka yang hidup. Di luar lab. polisi menemukan jejak sepasang kaki yang masih baru di atas pasir dan mengarah ke laut.

Dan di atas, purnama menggantung dengan sempurna.

-Ky-

1 Juli 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar