Rabu, 14 Juli 2010

Semangkuk Cinta Berisi 2/3 Ciuman Di Dalamnya

Setiap pagi sejak Layla menjadi istriku sepuluh tahun lalu, ia selalu memberiku sarapan yang sama. Semangkuk cinta yang berisikan 2/3 ciuman di dalamnya, dan segelas hasrat panas di sampingnya. Tentu saja ia juga menyediakan makanan lainnya untuk sarapan. Dan itu berlaku setiap hari, setiap pagi. Makanan yang seperti bubur itu (teksturnya lebih keras dari bubur) tidak memiliki rasa yang tetap pas setiap harinya. Ia kadangkala dapat menjadi manis atau terlalu manis.

Dan bila rasanya terlalu manis maka itu terjadi bila Layla sedang tergila-gila padaku atau bila aku dapat memuaskan dirinya dalam bercinta pada malamnya. Dan semangkuk cinta itu akan berasa sedikit asam atau hambar apabila kami habis bertengkar sebelumnya, tapi akan tetap terasa sedikit manisnya walaupun tidak terlalu kentara. Bahan dasarnya adalah perasaan dan air.

Untuk membuatnya, seingatku Layla hanya mencelupkan hatinya pada mangkuk berisi air, dan kemudian hatinya meluruhkan bubuk-bubuk cinta yang menempel pada dinding luar hati, dan itulah yang di godok Layla bersamaan dengan air tadi dan di masak dengan api yang sedang cenderung kecil, tidak lama, hanya 10-15 menit saja. Setelah hampir masak, Layla lalu memberikan ciumannya yang juga ikut luruh dalam ramuan cinta tadi. Setelah jadi maka makanan itu akan berwarna putih kemerahan dengan bintik-bintik berwarna kuning terang. Kalau yang kuning itu aku tidak tahu apa.

Sementara ciuman yang diberikan Layla berwarna merah hati dan ia berlaku seperti kerupuk pada ramuan cinta itu tadi dan rasanya legit dan menggairahkan.

Sedangkan hasrat panas adalah minuman yang seperti cappuccino dengan taburan choco granule di atasnya. Hanya saja ini bukan cappucinno atau jenis kopi lainnya. Layla meletakkan hasratnya pada sebuah cangkir dan menyeduhnya dengan air. Lalu di atasnya ditaburi dengan sedikit bubuk cinta dan jadilah… tak sulit, siapapun bisa membuatnya, aku juga.

Dan itulah yang kusantap setiap paginya. Di mulai dari kesokan hari setelah kami menikah sepuluh tahun yang lalu hingga sekarang. Terkadang aku takjub padanya bagaimana ia dapat melakukan itu semua selama ini. Maksudku… bukannya aku tak mencintai dirinya, tapi ia boleh saja tidak menghidangkan semangkuk cinta di atas meja makan, aku tidak keberatan, toh kami tetap saling mencinta.

‘Karena aku cinta padamu, bodoh.’ Ia mengatakannya dengan tersenyum, lalu mengecup dahiku dan atas bibirku. Dan aku lalu pura-pura tidak suka ketika ia melakukan hal itu, walaupun sebenarnya ia tahu aku hanya bersandiwara.

Layla tetap terlihat cantik dan menggairahkan di usianya yang telah memasuki tahun yang ke-34. seakan-akan waktu berhenti pada saat ia berusia 20-an, hingga kini.

She’s definitely like 34 going 23. Sementara aku…?

‘Kau juga tetap gagah di mataku sayang.’ Ya , memang ditambah dengan beberapa uban yang mulai muncul karena stress di kepalaku, dan timbunan-timbunan yang sepertinya betah berlama-lama di pinggangku walau aku sudah berupaya menghilangkannya dengan sit-up setiap paginya.

Aku cinta dia, dan dia cinta aku. Dan kami terlihat bahagia walau tanpa anak di perkawinan kami. Kami tak tahu mengapa Tuhan belum memberikan kami kesempatan untuk mengasuh anak hingga saat ini. Padahal dokter menyatakan bahwa kami berdua tidak memiliki masalah dengan kesuburan dan itu bukanklah satu-satunya dokter yang kami tanya.

Obat?? Semua obat sepertinya telah kami coba. Semua usaha sudah kami tempuh, hanya bayi tabung saja yang belum terpikirkan untuk di coba, belum perlu.

Belum lagi semua posisi bercinta yang telah kami praktekkan, yang katanya bisa cepat menghasilkan anak. Walaupun kami harus menekuk-nekuk anggota tubuh kami di malam-malam kami bersama. Yang ada malah kepuasan dan rasa lelah yang sangat.

* * *

Hari ini di kantorku akan masuk seorang karyawan baru yang akan ditempatkan di bawah pengawasanku langsung. Seorang wanita yang kulihat sebelumnya hanya dalam sehelai foto di CV-nya. HRD menempatkannya dalam divisiku kerena mereka merasa aku dan timku dapat membimbingnya menjadi seorang karyawan yang dapat diandalkan.

Waktu pertama kali Kasih, begitulah namanya, masuk ke ruangan kami, semua mata seakan tak lepas memandang kepadanya, pria dan wanita. Tubuh dan wajahnya mampu memikat lelaki yang ada, sedangkan ia pasti akan membuat iri karyawan wanita yang lain yang ada di kantor ini. Termasuk aku yang ikut berfantasi bila ia ada di dekatku.

Setiap dia datang menemuiku kurasakan seperti ada bunyi genderang dan drum yang mengiringinya dan tirai merah yang membuka perlahan sampai memunculkan sosok indahnya. Sungguh aku seperti tak dapat menahan gejolak diriku untuk tak menyentuhnya, tapi untunglah aku tak melakukannya.

Pagi itu, setelah meeting selama satu jam, Kasih datang ke mejaku membawakan secangkir minuman untukku.

‘Apa ini?’ tanyaku

‘Ini adalah secangkir godaan untuk bapak, saya yang buat sendiri setelah saya lihat bapak cukup lelah hari ini, masih pagi lho pak. Godaan panas ini saya buat biar bapak tidak cepat lelah untuk bekerja atau mengantuk sepanjang hari ini. Saya juga menambahkan krimer di dalamnya biar lebih gurih dan nikmat.’ Ia memaksaku untuk meminumnya. Dan aku meminumnya.

Rasanya pas di langit-langit dan lidah di mulutku. Legit dan membuatku bernafsu. Tapi entah mengapa sesaat perutku lengsung merasa aneh setelahnya. Seakan-akan godaan yang kuminum itu bercampur dan bertengkar dengan cinta dan ciuman yang dibuat Layla yang kumakan tadi pagi sebelum berangkat kerja.

Dan itu memupuskan niatku untuk berlama-lama dengan Kasih. Dan aku harus menuju ke toilet karenanya.

Malamnya, aku merasa hambar untuk berhubungan dengan Layla, mengingat apa yang kualami tadi pagi. Aku menolak ajakannya untuk bercinta. Dan Layla tidak marah. Hanya saja dia tetap menyenderkan kepalanya di bawah ketiakku seperti yang biasa ia lakukan.

‘Biar bisa mencium ketiakmu, sayang.’ Dan dia akan terus berada di sana sampai ia tertidur.

* * *

Paginya, seperti biasa telah terhidang di meja hadapanku semangkuk cinta yang berisi 2/3 ciuman di dalamnya. Aku tak menyantap hidangan itu sama sekali. Aku hanya menyeruput segelas hasrat buatan Layla saja, dan langsung bangkit untuk menuju keluar. Kukecup keningnya kemudian. Layla hanya terdiam, ia merasakan bahwa aku tidak seperti hari-hari biasanya.

Sebelum pergi sempat kulihat cinta yang ada di mangkuk mengkerut dan lumer bersama ciuman di dalamnya. Melihat hal itu aku mengernyitkan dahiku dan langsung pergi ke tempat kerja.

Di kantor, aku tidak melihat Kasih di mana-mana, padahal jam segini biasanya dirinya sudah datang untuk memulai kerja. Tapi tak lama kemudian Kasih datang sambil membawa teko kopi di tangannya. Ia lalu membagi-bagikan minuman, yang kuyakin itu adalah godaan panas yang dibuatnya sendiri, kepada karyawan-karyawan lain termasuk diriku. Tentu saja para karyawan lelaki menjadi bersemangat meminumnya dan mereka bertambah semangat lagi setelah meminumnya. Termasuk diriku (?).

Di meja di hadapanku ternyata telah ada sepiring kecil kue yang ternyata dari Kasih.

‘Kamu beli dimana kuenya, enak.’

‘Bapak suka? Ini saya buat sendiri semalam.’

‘Benarkah? Aku tidak tahu kalau kamu bisa memasak juga.’ Kasih tertawa, renyah sekali terdengar di telingaku.

‘Ih bapak, banyak hal yang tidak bapak ketahui mengenai saya. Ini adalah kue asmara. Saya mengaduk sendiri adonan ini dengan tangan saya dan mencicipi setiap gram adonannya dengan jari-jari saya.’ Kasih berkata demikian sambil memperagakan bagaimana tangannya mengaduk adonan kue dan memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut hingga basah hanya untuk memperagakan bagaimana ia mencicipi adonan tersebut.

Dan aku terangsang, benar aku terangsang.

Dan saat itu aku berterima kasih pada Tuhan karena hal itu dilakukannya di ruanganku yang tertutup dari mata para karyawan yang lain. Setelah menyampaikan laporannya yang kuminta kemarin, Kasih keluar dari ruanganku dengan cara berjalan yang aku yakin dibuat-buat hanya untuk menggodaku.

Dan dia benar, dia bisa membuat aku tergoda.

Aku merasa kalau ia tertaik padaku, dan aku yakin itu adalah benar.

Aku melihat pada laporan hasil pekerjaannya. Dan hasilnya sungguh membuatku puas, ia bisa memperlihatkan pekerjaan yang memuaskan, selain godaannya padaku tentunya, padaku dan pada perusahaan ini. Pada saat itu aku merasa tidak memiliki alasan untuk tidak menyukai wanita ini.

Hingga suatu hari aku mengajaknya untuk makan malam ke suatu tempat hanya karena aku puas melihat hasil kerja yang dicapainya selama ini dalam waktu yang tidak lama bekerja di tempat kerja kami. Dan seperti yang kuduga sebelumnya, ia menerima nya dengan senang hati, dalam hatiku aku merasa bahwa aku seperti membiarkan bibit perselingkuhan itu ada dan akan dimulai lebih gencar setelah malam ini. Pada Layla aku mengatakan kalau malam itu aku terpaksa meninggalkannya di rumah karena aku ada janji makan malam bersama pimpinan dan klien.

Alasan klise memang, dan hal itu terdengar seperti alasan yang ada dalam sinetron di televisi.

Dan Layla tidak tidak menaruh curiga padaku, ia tetap membiarkan rasa percayanya padaku ada dan tumbuh.

Sepertinya memang sudah ditebak. Aku mengajak Kasih di sebuah restoran yang merupakan referensinya. Dan untungnya itu bukanlah tempat dimana aku dan Layla pernah makan bersama sebelumnya. Karena kalau iya maka hal itu akan semakin membuatku merasa bersalah padanya.

She such a sweet and nice girl. And of course she’s definitely sexy. Menggunakan mini dress berwarna hitam dengan clutch berwarna hitam keemasan, Kasih terlihat cantik. Dia benar-benar menganggap bahwa makan malam ini, atau kencan (?), adalah sebuah …

Makan malam berlangsung dengan sangat baik. Dan sekarang adalah saatnya aku mengantarnya pulang ke rumahnya yang terletak di sebuah kompleks perumahan. Aku tentu saja tidak bisa tinggal dan menginap bersamanya, aku masih ingat pada Layla. Tapi aku benar-benar luluh ketika ia mendekatkan bibirnya pada bibirku dan mencecapnya dalam. Aku merasa ada sesuatu dalam diriku yang tumbuh dan ingin tetap bersamanya, melupakan Layla dan siapa Layla sebenarnya walau hanya sekejap.

Dan kemudian aku pulang ke rumah dan mencium Layla seperti biasa. Dan aku mencumbunya dengan berhasrat sekali malam itu.

Kurasa ini sebagai pelampiasanku atas Kasih. Dan wajahnya ada di dalam pikiranku. Tentu saja Layla tidak mengetahuinya.

Atau apakah ia mengetahuinya… apakah terasa ada bedanya, bahwa bibirku baru saja mencium bibir wanita lain yang selain dirinya?

* * *

Aku telah berselingkuh dengan Kasih. Dan aku mulai bisa menerima kenyataan itu. Aku telah bercumbu dengannya sekali. Walaupun itu bukanlah hubungan sex.

Atau apakah itu tetap sebuah hubungan sex walaupun kami tidak melakukan hubungan perkelaminan secara langsung?

Dan Kasih mulai mengirimkan sms-sms mesranya padaku. Hingga suatu hari keteledoranku mengungkapkan semuanya. Sms dari Kasih terbaca oleh Layla. Aku mencoba berbohong bahwa itu adalah sms salah sasaran, tapi percuma. Kami bertengkar hebat malam itu. Layla mempertanyakan sampai sejauh mana hubunganku dan Kasih. Hingga aku mengaku.

Aku meminta maaf padanya dan menjawab bahwa itu semua adalah kesalahan dan takkan terulang lagi, dan aku tidak melakukan hubungan fisik apapun dengan Kasih,

Aku bohong.

‘tidak! Kamu bohong! Pasti lebih dari itu!’

Kamu benar. Aku bohong.

Tapi mulutku terkunci.

Malam itu Layla menangis dan memutuskan untuk tidur di kamar lain yang terpisah dengan kamar kami.

Aku menyesal...

Sungguh aku menyesal.

* * *

Keesokan harinya aku merasa sangat malas untuk bekerja setelah apa yang terjadi antara aku dan Layla semalam. Aku merasa sangat berdosa padanya hingga merasa aku ingin hari ini hanya meminta maaf padanya dan mencoba mengembalikan segalanya dengan benar. Aku sunguh menyesal.

Dan aku semakin merasa bersalah saat di meja makan aku melihat semangkuk cinta dengan 2/3 ciuman di dalamnya dan segelas hasrat telah terhidang seperti biasanya. Tapi aku tak melihat Layla.

Aku mecarinya di kamar di tepat ia tidur semalam. Aku yakin ia di sana karena kamar itu terkunci. Ia pasti sakit hati sekali mengetahui aku berkhianat padanya. Aku memang telah berkhianat padanya.

Mulai hari itu aku menjaga jarak pada Kasih, dan sepertinya ia menyadari hal ini.

Mas ad ap sebenarnya? Knp mas mnjaga jarak dgnku?

Ia memang memanggilku ‘mas’ di dalam sms-nya atau jika tidak ada orang lain yang melihat kami bicara berdua.

Aku langsung menutup pintu ruanganku, dan meneleponnya. Setelah tersambung, aku lalu memintanya mencari tempat yang sunyi untuk berbicara, agar tidak ada orang lain yang mendengar.

‘Kasih, aku merasa bahwa apa yang kita lakukan selama ini salah dan aku minta maaf telah melibatkanmu. Aku berharap kita dapat menghentikan hubungan ini sekarang juga.’ Tak perlu banyak bicara untuk itu karena segera aku mendengar ia menangis di seberang sana dan menutup teleponnya.

Siangnya ia meminta ijin untuk pulang lebih awal karena merasa tidak terlalu sehat hari itu, padahal aku tahu kenapa.

Sejak saat itu hubungan kami menjadi renggang dan kaku. Aku bersyukur Kasih bukanlah seorang perempuan psiko yang lalu mengancam akan membeberkan rahasia kami ke mana-mana termasuk pada Layla. Tidak, dia tidak seperti itu.

Layla masih belum mau berbicara padaku. Rasa sakit hatinya masih belum hilang dan aku sadar mungkin itu takkan pernah hilang. Aku sudah mencoba meminta maaf padanya dan membujuknya untuk memaafkanku dan berlaku seperti sebelumnya, tapi sia-sia. Tapi ia tidak pernah menampakkan wajah marah padaku sejak pertengkaran terakhir kami, tapi ia juga tidak pernah menampakkan wajah dengan bibir tersenyumnya, semua menjadi hambar.

Walaupun semangkuk cinta dan segelas hasrat tetap ada di meja sarapanku setiap paginya.

Walau warna-warnanya memudar dan semakin memudar setiap harinya.

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan padanya. Aku menyerah. Aku berhak dihakimi, aku marah padanya walaupun aku sadar akulah pihak yang harus dimarahi sebenarnya.

Hari-hariku terkatung-katung kini. Di rumah Layla tidak mau berbicara padaku. Sementara di kantor, aku berusaha tidak terlihat kikuk dan bersalah di hadapan Kasih. Aku tersiksa.

Sebulan kemudian aku mendengar kalau Kasih berencana untuk pindah ke divisi lain di perusahaan kami. Ia sudah mendapatkan ijin kepindahannya dari divisi lain dan hanya memerlukan ijin dariku saja sebagai kelengkapannya. Maka hari itu ia mendatangiku untuk meminta ijinku. Kalau aku mengatakan iya, maka ia dapat memulai tugasnya di divisi baru pada esok hari.

Dan tentu saja aku menyetujuinya.

Aku menyerahkan surat yang menyatakan bahwa aku sebagai pimpinannya mengijinkan dirinya pindah ke divisi lain, lalu aku menyerahkan kepadanya. Selama itu aku berusaha untuk tidak menatap matanya, aku tak sanggup, karena aku merasa bersalah padanya. Kemudian ia menyerahkan sepucuk kertas yang terlipat dua dengan rapi. Lalu pergi keluar dari ruanganku, aku masih dapat melihatnya menahan bulir-bulir air yang akan jatuh dari matanya. Kertas itu berisikan;

Terima kasih untuk mau mencicipi segelas godaan panasku setiap paginya

Terima kasih untuk mau mencicipi kue asmaraku

Terima kasih untuk semua saat-saat kita bersama.

Dan aku merasa bersalah padanya. Karena aku juga ikut terlibat dalam hal ini. Kasih memang centil dan menggoda, tetapi ia sebenarnya baik hati.

* * *

Malam itu, seperti malam-malam yang lalu. Aku kembali tidur sendiri setelah sebulan lamanya setelah pertengkaran itu. Mataku mulai terpejam hingga aku menyadari ada yang masuk ke dalam kamar.

Layla.

Ia masuk ke kamar dan langsung menuju ke arahku tanpa mengatakan apa-apa.

Aku heran menatapnya.

Kemudian ia membentangkan tangan kananku, memelukku, dan mencoba tidur di bawah ketiakku. Aku tak dapat berkata apa-apa lagi.

Aku senang.

Dan aku tahu karena besok aku akan makan semangkuk cinta dengan 2/3 ciuman buatannya dan mereka semua akan berwarna dengan cerahnya.

-Rizky Q-

December 2007

revisi December 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar